- Perusahaan harus jaga transparansi AI Generatif yang bertanggung jawab saat pakai data.
- Buat kerangka AI Generatif yang komprehensif buat mengatur data perusahaan.
- Perusahaan harus bikin keadasan AI Generatif yang bertanggung jawab jadi budaya perusahaan.
pibitek.biz -AI Generatif lagi ngehits banget di dunia korporat. Tapi kayak teknologi lainnya, pasti ada tantangannya juga. Nah, atasan perusahaan harus bisa ngebuat AI ini tetep transparan, adil, dan bisa dipertanggungjawabkan. Terutama pas AI udah mulai dipakai di banyak tempat. Yang penting dijaga adalah kekayaan intelektual, keamanan data, dan juga model-model AI Generatif itu sendiri. Aturannya di tiap negara sama industri bisnis juga beda-beda.
2 – SimpliSafe Rilis Layanan Pemantauan Aktif Waktu Nyata 2 – SimpliSafe Rilis Layanan Pemantauan Aktif Waktu Nyata
3 – Ancaman Cerberus, Trojan Perbankan yang Sulit Dideteksi 3 – Ancaman Cerberus, Trojan Perbankan yang Sulit Dideteksi
Atasan kudu paham soal ini. Yang nggak kalah penting adalah ngebantu semua orang biar bisa bikin keputusan yang bertanggung jawab. Kalau kita nggak hati-hati ngurusin AI, masalahnya bisa besar. Contohnya, ada pegawai di perusahaan elektronik yang nggak sengaja nyebarin data sensitif ke ChatGPT. Atau firma komunikasi yang kena batunya gara-gara pakai obrolan pengguna buat ngelatih large language model (LLM). Menurut studi dari MIT Sloan Management Review dan Boston Consulting Group, 63% pengguna AI belum siap ngatasin risiko dari AI Generatif.
Memang sih, prinsip dasar pengembangan AI masih berlaku. Tapi AI Generatif punya tantangan sendiri, soalnya AI ini bergantung banget sama banyak data gambar dan teks dari internet. Jadi, bisa muncul masalah etika dan bias. Beberapa hal yang patut diperhatikan:
– LLM itu gelap dan datanya gampang diakses.
Biasanya orang berinteraksi sama LLM lewat API pihak ketiga. Jadi, susah ngecek data latihannya buat cari masalah etika dan bias.
– Peran jadi samar dalam data latihan. LLM yang udah dilatih duluan gampang diakses. Jadi, orang yang bukan ahli pun bisa bikin aplikasi. Ini bikin susah bedain antara developer dan pengguna akhir. Makanya, program AI yang bertanggung jawab harus diikuti semua orang, nggak cuma ahli IT.
– Terlalu percaya sama kemampuan AI.
Bahasa LLM mirip manusia banget. Jadi, pengguna bisa salah paham dan menganggap outputnya sebagai fakta.
– Kurangnya tata kelola.
Proyek AI pilot yang buru-buru masuk produksi seringkali lupa bikin kerangka tata kelola yang kuat dari awal. Karena adanya tantangan ini, perusahaan lagi ngecek ulang strategi AI yang bertanggung jawab. Banyak perusahaan yang kesulitan nyari orang yang kompeten buat proyek AI Generatif.
Ini bikin pertimbangan etika jadi ketepi. Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan harus bikin kerangka AI Generatif yang komprehensif dan bertanggung jawab, yang mencakup empat lapisan: data, model dasar, prompt template, dan aplikasi atau sistem. Kerangka ini harus mencakup enam elemen penting untuk AI yang bertanggung jawab:
– Evaluasi Metrik Bisnis yang Spesifik buat Industri: Ngepasin strategi bisnis dan teknologi itu penting buat kesuksesan proyek AI Generatif. Kerangka yang solid ngehubungin metrik bisnis sama metrik performa AI. Jadi, pemangku kepentingan bisa yakin ngejalanin solusi dan ngukur kesuksesannya.
– Mitigas Penyimpangan Data: Ngeatur metrik buat kualitas data, anonimisasi, dan performa itu penting buat ngejamin data tetep relevan seiring waktu.
– Keandalan dan Keamanan: Untuk ngelawan halusinasi AI Generatif, kita harus bikin panduan buat milih dan ngatur model supaya bisa ngasih output yang konsisten dan andal.
– Privasi dan Keamanan: Kerangka desain privasi ningkatin transparansi dan ngelindungin sistem AI sama penggunanya. Ini bikin pengembangan software makin cepat.
– Kejelasan dan Keterlacakan: Kita harus bikin mekanisme audit buat ngevalidasi dan ngawasin AI Generatif sepanjang perjalanan pengguna. Supaya outputnya gampang dimengerti dan bisa dilacak.
– Keadilan dan Kepatuhan Hukum: Kita harus ngambil tindakan buat ngurangin bias dalam model yang udah dilatih duluan.
Supaya AI sesuai sama standar global dan regional, kayak Undang-Undang AI Uni Eropa. Strategi AI Generatif yang bertanggung jawab itu bukan cuma butuh kerangka. Atasan perusahaan harus ngejadiin AI yang bertanggung jawab sebagai budaya perusahaan supaya dampaknya bisa berlanjut dan bermakna.
Ini caranya biar sukses:
– Bangun Kesadaran tentang AI Generatif yang Bertanggung Jawab: Kerangka yang cuma ditaruh di folder komputer itu nggak ada gunanya kalau nggak disebarin ke seluruh perusahaan dan jadi bagian dari budaya perusahaan. Kita butuh rencana buat ngomunikasin dan nerapin praktik AI yang bertanggung jawab di seluruh organisasi.
– Siap-siap dari Jauh-jauh Hari: Sebelum ngejalanin solusi AI Generatif, kita harus identifikasi proses bisnis yang bakal kena dampaknya. Terus, kita harus bikin tindakan buat ngurangin masalah hukum, keamanan, atau etika yang mungkin muncul.
– Bersatu dalam Tujuan Bersama: Adopsi AI Generatif butuh transparansi baik di internal maupun eksternal. Kita harus nunjukkin manfaat AI yang menyatukan pemangku kepentingan dan jaga transparansi dan keaslian dalam komunikasi.
– Prioritaskan Kejelasan: Alat AI Generatif harus gampang diakses supaya bisa membangun kepercayaan pemangku kepentingan. Kita harus nyediain sumber daya, pustaka, dan kerangka kerja yang nunjukkin dengan jelas gimana program AI ngasih outputnya.
– Tanemin Metrik Keandalan: Kita harus bikin skor kepercayaan buat output AI Generatif dan libatin evaluasi manusia buat ngatur algoritma dan ningkatin akurasi.