Cathie Wood: Beli Saham Teknologi Saat Anjlok



Cathie Wood: Beli Saham Teknologi Saat Anjlok - photo owner: fortune - pibitek.biz - Bank

photo owner: fortune


336-280
TL;DR
  • Cathie Wood membeli saham teknologi saat penurunan pasar.
  • Wood yakin pada strategi jangka panjang, meskipun pasar saham jatuh.
  • ARK Invest membeli saham teknologi, seperti Amazon dan Tesla, saat penurunan.

pibitek.biz -Cathie Wood, seorang tokoh kunci di dunia investasi, kembali menunjukkan karakteristik khasnya. Dia memanfaatkan momen pasar saham yang sedang jatuh untuk membeli saham-saham teknologi. Pergerakan ini, yang disebut "beli saat jatuh" atau "buy the dip" dalam istilah investasi, adalah ciri khas strategi Wood dalam menghadapi ketidakpastian pasar.

ARK Invest, perusahaan investasi yang dipimpin Wood, mengelola aset senilai 6,7 miliar dolar Amerika Serikat. Perusahaan ini telah menjadi pemain penting di pasar saham, meskipun beberapa tahun terakhir menghadapi tantangan. Investor telah menarik dana dari ARK Invest karena performa fund yang kurang memuaskan.

Namun, Wood tampaknya tidak terpengaruh dan terus percaya pada strategi jangka panjangnya. Minggu ini, ARK Invest menunjukkan komitmennya terhadap saham teknologi dengan membeli sejumlah saham perusahaan teknologi yang mengalami penurunan harga. Dua ETF (Exchange Traded Fund) milik ARK Invest, yaitu ARK Innovation ETF dan ARK Next Generation Internet Fund, melakukan pembelian saham Amazon, Advanced Micro Devices, Coinbase, Meta, Tesla, dan Robinhood.

Pembelian ini dilakukan saat saham-saham tersebut mengalami penurunan tajam dalam sebulan terakhir. Meskipun ada optimisme terhadap strategi Wood, para ahli keuangan memberikan pandangan yang beragam. George Kailas, CEO Prospero.ai, sebuah platform investasi fintech, menilai bahwa strategi Wood bisa berhasil, tetapi juga bisa gagal.

Kailas mengingatkan bahwa Wood telah mengalami pasang surut dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu contohnya adalah investasi ARK Invest pada Tesla, yang memberikan keuntungan besar saat saham Tesla meroket di tahun 2021. Namun, performa ARK Invest sejak saat itu jauh lebih mengecewakan. ARK Next Generation Internet Fund, yang berfokus pada perusahaan internet berbasis cloud, mengalami penurunan 2% di tahun ini.

Sementara itu, ARK Innovation ETF, fund unggulan ARK Invest, mencatatkan penurunan hampir 20% di tahun ini. Kedua ETF tersebut belum mencapai puncak performa yang mereka raih di tahun 2021. Penurunan saham teknologi terjadi seiring dengan penurunan pasar saham global. Indeks saham di Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara lain mengalami penurunan tajam pada hari Jumat.

Meskipun indeks Nikkei dan S&P 500 sedikit pulih, beberapa investor tetap khawatir bahwa ini hanyalah rebound sementara sebelum harga saham kembali jatuh. Gene Goldman, kepala investasi di perusahaan jasa keuangan Cetera, menyatakan keprihatinannya tentang rebound tersebut. Goldman memperkirakan bahwa S&P 500 akan mengalami penurunan 10% atau lebih dari puncaknya. Kailas juga menyatakan pandangan yang agak pesimistis tentang arah pasar saham.

Namun, di tengah ketidakpastian pasar, terdapat sekelompok investor yang percaya pada pertumbuhan jangka panjang. Kelompok ini, termasuk Wood, melihat situasi saat ini sebagai peluang. Mereka berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan teknologi tetap dalam kondisi yang baik, meskipun pasar saham sedang bergejolak.

UBS, sebuah bank investasi, dalam catatan analis yang diterbitkan pada hari Kamis, menyatakan bahwa fundamental teknologi tetap kuat dan valuasi telah turun. UBS memperkirakan pertumbuhan laba perusahaan teknologi global akan mencapai 20% hingga 25% lebih tinggi tahun ke tahun di kuartal kedua. Bank ini juga memprediksi pertumbuhan laba yang berkelanjutan sebesar 15% hingga 20% selama satu setengah tahun ke depan.

Meskipun UBS optimis terhadap saham teknologi, beberapa investor lain masih menunggu untuk membeli saham. Paul Meeks, investor teknologi terkemuka dan mantan manajer portofolio, menyatakan bahwa dia masih belum membeli saham, meskipun harga saham menarik. Dia berpendapat bahwa waktu belum tepat untuk membeli.

Di Amerika Serikat, investor dikejutkan oleh keputusan Federal Reserve untuk menahan penurunan suku bunga pada pertemuannya di bulan Juli. Pasar kini memperkirakan bahwa penurunan suku bunga akan terjadi pada bulan September. UBS tetap optimis terhadap saham teknologi, sebagian karena faktor-faktor teknis yang berkaitan dengan ekonomi makro daripada kinerja perusahaan individual. Kailas mengumumkan kekhawatirannya tentang faktor-faktor lain yang lebih luas, yaitu pemilihan umum di Amerika Serikat.

Kailas berpendapat bahwa penurunan pasar saham sebagian terkait dengan isu politik dan geopolitik. Hasil pemilihan umum dapat memberikan dampak yang berbeda bagi sektor teknologi. Baik calon presiden dari Partai Republik maupun Demokrat menawarkan ketidakpastian tentang kebijakan regulasi teknologi yang akan mereka jalankan. Partai Demokrat telah menunjukkan tekad yang kuat untuk mengatur perusahaan teknologi besar, yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Namun, calon presiden dari Partai Demokrat, Wakil Presiden Kamala Harris, memiliki hubungan dekat dengan beberapa tokoh penting di Silicon Valley. Sementara itu, tiket Partai Republik menghadirkan ketidakpastian tersendiri. Calon wakil presiden, JD Vance, adalah mantan venture capitalist yang didukung oleh tokoh-tokoh teknologi berpengaruh seperti Peter Thiel. Namun, mantan Presiden Donald Trump telah mengusulkan tarif impor dari China yang akan merugikan beberapa perusahaan teknologi dan telah menyebabkan beberapa saham jatuh ketika dia menyarankan Taiwan membayar Amerika Serikat untuk perlindungan.