- Hubungan China-Jepang sedang memanas karena berbagai isu rumit, seperti penahanan warga Jepang di China, larangan impor makanan, dan pembatasan semikonduktor.
- Kedua negara sedang berupaya memperbaiki hubungan dengan memulai kembali perundingan dan komunikasi reguler.
- Tantangan besar masih menghantui hubungan bilateral, seperti perbedaan pandangan tentang Laut China Selatan dan persaingan teknologi.
pibitek.biz -Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, secara blak-blakan mengatakan bahwa hubungan antara China dan Jepang berada di titik kritis. Hal ini terungkap saat Wang bertemu dengan Menteri Luar Negeri Jepang, Yoko Kamikawa, di sela-sela pertemuan para menteri luar negeri negara-negara ASEAN di Laos. Kedua negara memang tengah bergulat dengan berbagai isu rumit, termasuk penahanan warga Jepang di China, larangan impor makanan, dan pembatasan semikonduktor.
2 – AI: Mimpi Utopia atau Ancaman? 2 – AI: Mimpi Utopia atau Ancaman?
3 – OpenAI dan Microsoft Beradu: Drama Investasi AI 3 – OpenAI dan Microsoft Beradu: Drama Investasi AI
Hubungan kedua negara tetangga ini memang sedang panas dalam beberapa tahun terakhir. Perselisihan mengenai klaim teritorial, ketegangan dagang, dan amarah China atas keputusan Jepang untuk melepaskan air olahan dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima ke laut menjadi bara api yang menyala. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, pejabat China dan Jepang telah berupaya untuk memulai kembali beberapa perundingan konsultatif yang sempat terhenti selama bertahun-tahun.
Tindakan ini menunjukkan bahwa hubungan kedua negara mungkin sedang menuju ke arah yang lebih stabil. Wang menekankan kepada Kamikawa bahwa hubungan China-Jepang berada di titik krusial. Dia berharap Jepang dapat memahami China dengan baik dan menerapkan kebijakan yang positif dan rasional terhadap China.
Di sisi lain, Kamikawa mendesak agar China mencabut pembatasan impor produk makanan Jepang yang diberlakukan setelah pelepasan air Fukushima. Dia juga meminta pembebasan segera warga Jepang yang ditahan di China. Penangkapan eksekutif Astellas Pharma tahun lalu telah menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan pejabat Jepang, karena dianggap dapat berdampak buruk terhadap iklim investasi asing dan menyebabkan eksodus warga Jepang.
Kamikawa juga menegaskan bahwa pembatasan ekspor semikonduktor Jepang tidak ditujukan kepada negara tertentu. Jepang siap untuk terus berkomunikasi dengan China mengenai isu ini. Kedua menteri sepakat untuk membangun komunikasi reguler dan saling mengundang untuk kunjungan ke negara masing-masing guna melanjutkan pembicaraan.
Walaupun kedua negara sedang berupaya untuk memperbaiki hubungan, berbagai tantangan masih menghantui hubungan bilateral. Perbedaan pandangan mengenai isu Laut China Selatan, ketegangan ekonomi, dan persaingan teknologi menjadi kendala besar. Ke depan, diperlukan komitmen kuat dari kedua belah pihak untuk mengatasi berbagai perbedaan dan membangun hubungan yang saling menguntungkan.