Presiden Korea Selatan Ingin Ubah Sistem Pensiun



Presiden Korea Selatan Ingin Ubah Sistem Pensiun - the picture via: straitstimes - pibitek.biz - Nuklir

the picture via: straitstimes


336-280
TL;DR
  • Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol ingin reformasi sistem pensiun.
  • Yoon ingin menciptakan sistem pensiun berjenjang di Korea Selatan.
  • Presiden Yoon berharap reformasi sistem pensiun adil bagi rakyat Korea.

pibitek.biz -Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol, sedang bersiap untuk melakukan reformasi besar-besaran di berbagai sektor penting, yang akan berdampak besar bagi masyarakat Korea Selatan. Sistem pensiun, kesehatan, pendidikan, dan tenaga kerja akan dirombak total. Ini adalah langkah berani yang menurutnya merupakan jalan hidup atau mati bagi negara. Rencana ini akan dijalankan dengan penuh tekad, dan Presiden Yoon telah menyatakan bahwa dia tidak akan memilih jalan mudah. Dia melihat bahwa ekonomi Korea Selatan sedang mengalami kebangkitan, dan dia ingin mendorong konsumsi agar pertumbuhan ekonomi semakin kuat dan stabil.

Presiden Yoon, yang merupakan pemimpin negara Korea Selatan saat ini, menyadari bahwa ekonomi Korea Selatan sedang mengalami masa kebangkitan, dan dia ingin mendorong konsumsi agar pertumbuhan ekonomi semakin kuat. Namun, Yoon dan para pemimpin sebelumnya menghadapi tantangan besar dalam membiayai sistem jaminan sosial yang baru saja dibangun. Korea Selatan baru saja menikmati kemakmuran, dan masih butuh waktu bagi negara untuk mengisi tabungannya, karena sistem jaminan sosial yang baru tersebut membutuhkan dana yang besar dan stabil.

Presiden Yoon, yang terkenal dengan keputusannya yang berani, telah mengumumkan rencana untuk membangun sistem pensiun berjenjang, di mana pekerja tua akan dikenakan pajak lebih tinggi, sementara pekerja muda mendapatkan kenaikan pajak yang lebih bertahap. Meskipun belum merinci persentase kenaikan pajak, Yoon menekankan perlunya sistem pensiun yang lebih berkelanjutan dan adil bagi setiap generasi. Dia percaya bahwa dengan sistem ini, sistem pensiun akan lebih terjamin dan tidak akan menjadi beban bagi generasi mendatang.

Presiden Yoon juga berharap bahwa reformasi ini akan menjamin keadilan bagi semua generasi. Rencana reformasi pensiun ini akan segera diajukan ke parlemen. Hal ini akan memicu diskusi panjang dan sengit di antara para anggota parlemen. Selama bertahun-tahun, pemerintah Korea Selatan telah berupaya keras untuk memperbaiki sistem pensiun yang dinilai tidak cukup kuat untuk menopang populasi yang menua dengan cepat. Namun, setiap upaya mengalami kegagalan karena rakyat menolak kenaikan pajak. Rakyat khawatir bahwa kenaikan pajak akan membebani mereka dan mengurangi daya beli mereka.

Jika tidak ada perubahan, simpanan dana pensiun nasional diprediksi akan habis pada tahun 2055. Ini adalah gambaran suram yang harus segera diatasi. Saat ini, di tahun 2023, Korea Selatan telah memutuskan untuk mengurangi secara bertahap tingkat penggantian pendapatan dari 50% menjadi 40% pada tahun 2028. Namun, sejak akhir 1990-an, iuran yang dibayarkan oleh pekerja setiap tahunnya tetap sebesar 9%. Situasi ini menunjukkan bahwa ada ketidakseimbangan dalam sistem pensiun yang harus segera diatasi.

Partai Kekuatan Rakyat, partai yang dipimpin Presiden Yoon, hanya memiliki kursi minoritas di parlemen. Karenanya, rencana reformasi ini akan menghadapi tantangan berat dari Partai Demokrat, partai oposisi yang berambisi merebut kembali kursi kepresidenan dari Yoon. Partai Demokrat berpendapat bahwa rencana reformasi ini tidak adil dan akan membebani rakyat, terutama pekerja muda. Mereka berjanji untuk melawan rencana reformasi ini dan memperjuangkan hak-hak rakyat. Tantangan terbesar yang dihadapi Korea Selatan saat ini adalah tingkat kelahiran yang terendah di dunia.

Hal ini berpotensi menimbulkan risiko jangka panjang bagi ekonomi dan sistem jaminan sosial. Laporan OECD tahun 2023 menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di kalangan manula di Korea Selatan mencapai 40%, angka tertinggi di antara negara-negara OECD, jauh di atas rata-rata 14,2%. Situasi ini memprihatinkan, karena menunjukkan bahwa manula di Korea Selatan menghadapi kesulitan ekonomi yang serius. Presiden Yoon juga ingin menciptakan lapangan kerja yang lebih adil dan membuka peluang bagi pekerja untuk berpindah pekerjaan.

Dia juga berencana menggelontorkan dana sebesar 10 triliun won (sekitar 9,74 miliar dolar Singapura) untuk reformasi kesehatan selama lima tahun. Program ini akan mencakup peningkatan fasilitas kesehatan dan layanan kesehatan yang lebih terjangkau bagi masyarakat. Presiden Yoon percaya bahwa kesehatan merupakan salah satu faktor penting bagi kesejahteraan masyarakat, dan dia berkomitmen untuk meningkatkan sistem kesehatan di Korea Selatan. Presiden Yoon menegaskan bahwa keamanan merupakan pondasi negara dan kunci bagi pertumbuhan ekonomi.

Dia juga memuji kerja sama keamanan dengan Amerika Serikat dan Jepang yang telah mencapai level baru selama masa jabatannya. Kerja sama tersebut meliputi latihan militer bersama untuk menghadapi ancaman rudal, termasuk rudal dari Korea Utara. Presiden Yoon percaya bahwa kerja sama keamanan yang kuat akan memberikan rasa aman bagi Korea Selatan dan meningkatkan stabilitas regional. Ketegangan antara Amerika Serikat dan Korea Utara menjadi perhatian utama di Seoul. Pasalnya, kedua partai politik besar di Amerika Serikat belum secara tegas menyatakan komitmen untuk mencapai denuklirisasi Korea Utara.

Situasi ini memicu kekhawatiran tentang komitmen Amerika Serikat terhadap Korea Selatan. Korea Selatan berharap bahwa Amerika Serikat akan tetap berkomitmen untuk melindungi Korea Selatan dan menghadapi ancaman dari Korea Utara. Shin Won-sik, mantan Menteri Pertahanan yang kini menjadi Penasihat Keamanan Nasional Presiden Yoon, mengatakan bahwa Korea Utara mungkin akan melakukan uji coba nuklir menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat untuk menarik perhatian dunia. Hal ini akan meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea dan berpotensi menimbulkan konflik regional.

Korea Selatan berharap bahwa Korea Utara akan menahan diri dari tindakan provokatif dan memilih jalur diplomasi untuk menyelesaikan masalah nuklir. Presiden Yoon yakin bahwa Amerika Serikat tidak akan mentolerir Korea Utara memiliki senjata nuklir, karena hal itu akan merusak sistem non-proliferasi senjata nuklir global. Presiden Yoon yakin bahwa Amerika Serikat akan mengambil langkah-langkah untuk mencegah Korea Utara mengembangkan senjata nuklir dan menjaga keamanan global. "Itu akan benar-benar bertentangan dengan posisi dan strategi Amerika Serikat", tegas Presiden Yoon.