- Teknologi AI mulai merambah dunia musik dengan menciptakan suara tiruan.
- Banyak artis khawatir dengan penggunaan AI tanpa izin dan pencurian identitas.
- Penggunaan AI dalam musik masih menjadi perdebatan hukum yang belum terjawab.
pibitek.biz -Di dunia musik, di mana suara, melodi, dan lirik saling berpadu, muncul sebuah fenomena baru yang mengundang decak kagum dan kekhawatiran. AI telah merambah dunia musik, menghadirkan kemampuan baru untuk menciptakan suara, melodi, bahkan lirik yang menyerupai karya musisi ternama. Kemunculan lagu-lagu yang diprodksi dengan AI yang menampilkan suara artis-artis terkenal, membuat garis batas antara karya asli dan tiruan semakin kabur. Fenomena ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan baru, apakah ini bentuk penghormatan yang kreatif atau pencurian identitas? Apakah teknologi ini akan mentransformasi dunia musik atau justru menjadi ancaman bagi para musisi dan industri musik? Perkembangan teknologi AI dalam dunia musik semakin nyata.
2 – OSCAL TIGER 13: Ponsel Pintar dengan Kamera AI nan Hebat 2 – OSCAL TIGER 13: Ponsel Pintar dengan Kamera AI nan Hebat
3 – Apple Tertinggal dalam Pengembangan AI 3 – Apple Tertinggal dalam Pengembangan AI
DJ ternama, David Guetta, dengan berani menghadirkan lagu yang menggunakan suara Eminem yang dihasilkan dengan AI di panggung konsernya. Aksi berani Guetta menunjukkan bahwa teknologi AI telah mencapai tingkat yang menakjubkan. Grup hip-hop asal Prancis, AllttA, juga ikut bermain di medan perang ini. Mereka merilis lagu "Savages" yang menampilkan suara Jay-Z, suara ikonik yang dipadukan dengan AI untuk menambah daya tarik lagu mereka. Lagu ini bahkan mendapat pujian dari kritikus musik terkemuka, Kyle Chayka, yang menilai suara Jay-Z yang dihasilkan dengan AI berhasil menambahkan dimensi baru pada lagu tersebut.
Keajaiban teknologi AI semakin terasa nyata dengan munculnya "Heart on My Sleeve", sebuah lagu kolaborasi antara Drake dan The Weeknd yang ternyata hasil dari rekayasa AI. Lagu ini berhasil viral di media sosial, memicu spekulasi bahwa lagu tersebut merupakan strategi pemasaran dari perusahaan pembuat AI. Fenomena ini semakin memanaskan situasi dan mengundang kecemasan di industri musik. Para musisi mulai merasakan ancaman dari teknologi AI yang semakin canggih. Drake, salah satu rapper papan atas, mengaku jengkel dengan munculnya lagu "Munch (Feelin' U)" yang menggunakan suaranya tanpa izin.
Ia menganggap lagu ini sebagai batas toleransi, menunjukkan betapa prihatinnya ia terhadap penggunaan AI yang tidak bertanggung jawab. Di sisi lain, Rihanna, yang juga artis besar dan memiliki jutaan penggemar di seluruh dunia, tampaknya masih tenang dan belum mengeluarkan pernyataan terkait lagu tiruan yang beredar. Namun, Universal Music Group (UMG), label musik yang menaungi Drake dan Rihanna, menyatakan kekhawatirannya dengan fenomena ini. UMG bahkan telah meminta platform streaming musik seperti Spotify dan Apple Music untuk membantu menghentikan pengambilan data yang memungkinkan alat pembuat musik AI bekerja.
UMG tampaknya bertindak atas rekomendasi dari seorang analis berpengaruh dari BNP Paribas Exane, yang menilai musik yang dibuat dengan AI sebagai "ancaman baru yang mengganggu" bagi industri musik. Ancaman ini bukan hanya mengenai penyalahgunaan teknologi, tetapi juga berkaitan dengan legalitas dan hak cipta. Munculnya AI dalam industri musik menimbulkan pertanyaan hukum yang belum terjawab. Siapa yang memiliki hak atas karya yang dihasilkan dengan AI? Siapa yang bertanggung jawab jika terjadi pelanggaran hak cipta? Pertanyaan-pertanyaan ini masih menjadi perdebatan panas di ranah hukum.
Para penggemar musik, yang dikenal dengan antusiasme dan semangatnya terhadap musik, sepertinya menikmati keunikan dan ketidaksamaan ini. YeezyBeaver, seorang pemuda berusia 22 tahun dari Oklahoma, merupakan contohnya. Ia menciptakan konten YouTube yang menampilkan Kanye West menyanyikan berbagai lagu, termasuk lagu "Hey There Delilah" milik Plain White T's. YeezyBeaver menjelaskan bahwa dirinya mulai membuat musik dengan AI setelah menemukan informasi di forum penggemar Kanye West tentang cara memasukkan model suara Kanye West ke dalam alat pembuat musik AI.
Ia menggunakan alat bernama So-Vits-SVC, yang telah populer dan memiliki tagar sendiri di TikTok dengan lebih dari 2 juta tayangan. YeezyBeaver mencoba alat tersebut dengan memasukkan suara Kanye West ke lagu "Jungle" milik Drake, dan hasilnya viral di TikTok. Sejak saat itu, ia mulai bereksperimen dengan lagu lain yang menurutnya cocok dengan suara Kanye West. Pieawsome, seorang mahasiswa Amerika yang meminta namanya tidak disebutkan, juga ikut terbius oleh teknologi AI yang semakin canggih. Ia merupakan anggota komunitas "Kanye unreleased", sebuah komunitas di internet yang fokus pada karya-karya Kanye West yang belum dirilis.
Ia menyadari bahwa ada banyak sekali materi suara Kanye West yang belum dipublikasikan, yang bisa digunakan untuk melatih model AI dan menyelesaikan lagu-lagu yang belum selesai. Pieawsome menggunakan So-Vits-SVC untuk melatih model suara Kanye West dengan menggunakan potongan-potongan suara Kanye West yang belum dirilis. Setelah proses pelatihan selama beberapa hari, model suara yang dihasilkan sangat mirip dengan suara Kanye West. Pieawsome kemudian membagikan model suara tersebut ke Discord, dan banyak pengguna memanfaatkannya untuk membuat lagu baru.
Jered Chavez, seorang mahasiswa berusia 19 tahun di University of South Florida, mengunggah video musik yang dibuat dengan AI ke Instagram. Video tersebut menampilkan Drake, Kanye West, dan Kendrick Lamar menyanyikan lagu "Fukashigi no Karte" dari anime populer "Rascal Does Not Dream of Bunny Girl Senpai". Chavez mengatakan bahwa dia tertarik dengan konsep video tersebut, dan ingin menghadirkan sentuhan komedi dalam karyanya. Chavez menyadari kontroversi dan etika yang ditimbulkan oleh teknologi AI, khususnya dalam hal penggunaan suara artis tanpa izin.
Ia juga mengkhawatirkan penggunaan AI untuk meniru suara artis yang sudah meninggal, karena tidak ada cara untuk mengetahui apa yang mereka inginkan. Namun, hal ini tidak menghentikan BohemianRhapsod.ai, yang memungkinkan pengguna untuk membuat paduan suara yang terdiri dari 16 Freddie Mercury versi AI yang menyanyikan lagu "Bohemian Rhapsody" milik Queen. Walaupun banyak pihak menganggap AI berpotensi berbahaya, belum ada kepastian hukum tentang penggunaan teknologi AI untuk meniru suara artis.
Pieawsome berpendapat bahwa apa yang dia lakukan sama dengan memodifikasi game atau menulis cerita fiksi berdasarkan buku populer. Namun, Jonathan Bailey, mantan kepala teknologi Soundwide, sebuah perusahaan teknologi musik, berpendapat bahwa penggunaan AI untuk meniru suara Jay-Z untuk menyanyikan lagu yang tidak pernah dia ciptakan dapat dianggap sebagai bentuk pencurian identitas. Donald Passman, pengacara yang telah mewakili artis-artis besar seperti Adele dan Taylor Swift, enggan memberikan pendapat tentang penggunaan AI untuk meniru suara artis.