NaNoWriMo dan Polemik AI: Mengusik Kepekaan dan Menyalakan Perdebatan



NaNoWriMo dan Polemik AI: Mengusik Kepekaan dan Menyalakan Perdebatan - photo source: wired - pibitek.biz - Instruksi

photo source: wired


336-280
TL;DR
  • NaNoWriMo meledak dengan pernyataan tentang penulis disabilitas menulis.
  • Penulis merasa dikhianati oleh NaNoWriMo tentang AI menulis.
  • Pernyataan NaNoWriMo tentang AI menimbulkan polemik di dunia literasi.

pibitek.biz -NaNoWriMo, singkatan dari National Novel Writing Month, adalah sebuah gerakan tahunan yang telah menjadi rumah bagi para penulis pemula yang ingin menuntaskan novel dalam waktu satu bulan. Setiap November, para penulis di seluruh dunia bersatu untuk mencapai target 50.000 kata. Sebuah tantangan yang mengundang adrenalin dan semangat untuk mengasah kreativitas, NaNoWriMo telah menjadi platform bagi banyak penulis untuk mengembangkan bakat mereka dan mengasah kemampuan menulis mereka. Namun, tahun ini, NaNoWriMo justru memicu kontroversi besar dengan pernyataan kontroversialnya tentang AI.

Pernyataan NaNoWriMo yang menyatakan bahwa kecaman keras terhadap AI memiliki nuansa kelas dan disabilitas, telah memicu kemarahan dan kekecewaan di kalangan penulis. Pernyataan ini disambut dengan kecaman keras dari para penulis, bahkan sejumlah anggota dewan penulis NaNoWriMo mengundurkan diri. Ellipsus, salah satu sponsor NaNoWriMo, yang dikenal dengan pendiriannya yang menolak penggunaan AI dalam produknya, memutuskan untuk menarik sponsornya. Keputusan Ellipsus ini menunjukkan betapa kontroversialnya pernyataan NaNoWriMo.

Pernyataan NaNoWriMo yang dipublikasikan di halaman Zendesk-nya, memicu perdebatan panas di dunia literasi. NaNoWriMo menegaskan bahwa mereka tidak secara eksplisit mendukung atau mengutuk penggunaan AI dalam menulis. Mereka berpendapat bahwa mengutuk AI secara kategoris sama saja dengan mengabaikan isu kelas dan disabilitas. Mereka berargumen bahwa tidak semua penulis memiliki sumber daya untuk mengakses editor manusia atau membayar layanan penulisan profesional. NaNoWriMo mencontohkan bahwa kemampuan untuk membayar jasa editor manusia menunjukkan adanya keistimewaan yang tidak dimiliki oleh semua penulis.

Mereka menambahkan bahwa tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama, dan beberapa orang mungkin memerlukan bantuan atau penyesuaian khusus untuk mencapai tujuan tertentu. Mereka mencontohkan bahwa ada banyak penulis yang memiliki disabilitas, yang mungkin memerlukan teknologi bantu untuk menulis. Argumen NaNoWriMo tentang disabilitas, menanggapi kekhawatiran bahwa mengutuk AI berarti mengabaikan kebutuhan penulis yang mungkin membutuhkan teknologi AI untuk menulis. Daniel Jos? Older, penulis buku terlaris New York Times untuk seri fantasi Outlaw City, dan arsitek cerita untuk serial multimedia Star Wars: The High Republic, mengecam keras pernyataan NaNoWriMo dalam email kepada dewan organisasi.

Ia menyebut posisi NaNoWriMo tentang AI sebagai "keji, pengecut, dan tidak bermoral". Older berpendapat bahwa upaya NaNoWriMo untuk memutarbalikkan bahasa yang digunakan untuk melawan ketidakadilan nyata menjadi tameng untuk menutupi sikap mereka yang jelas-jelas bermotif bisnis adalah sesuatu yang tidak dapat dimaafkan. Ia juga berpendapat bahwa penggunaan AI dalam menulis mengabaikan pentingnya proses kreatif yang melibatkan eksplorasi, refleksi, dan penemuan. Cass Morris, seorang penulis fantasi yang juga menjadi anggota dewan penulis NaNoWriMo, pertama kali mengetahui tentang pernyataan kontroversial tersebut dari postingan teman di Facebook.

Tanpa ragu, ia langsung memutuskan hubungannya dengan organisasi tersebut dan menghapus akun NaNoWriMo-nya yang telah ada selama beberapa dekade. Ia mengumumkan bahwa keputusan ini merupakan bentuk protes terhadap sikap NaNoWriMo yang dianggapnya tidak bertanggung jawab. Morris memiliki pandangan tegas tentang penggunaan AI dalam karya kreatif. Menurutnya, platform AI tidak etis karena teknologi tersebut mengambil konten dari penulis yang telah diterbitkan tanpa memberikan royalti atau biaya. AI juga mencuri kesempatan bagi para penulis untuk menemukan suara mereka sendiri dan belajar dari kesalahan.

Morris juga khawatir bahwa AI akan mendistorsi pengertian tentang kreativitas dan orisinalitas. Polk, penulis seri fantasi The Kingston Cycle yang dinominasikan untuk Hugo Award, yang mengidentifikasi dirinya sebagai penyandang disabilitas, menyebut sikap NaNoWriMo sebagai "fiksi buruk". Polk menuding NaNoWriMo menyebarkan kebohongan dengan menyatakan bahwa mengutuk AI adalah tindakan diskriminatif terhadap penyandang disabilitas. "NaNoWriMo pada dasarnya menyatakan bahwa penyandang disabilitas tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan seni", tulis Polk di Bluesky. "Mengatakan bahwa penyandang disabilitas membutuhkan tulisan yang tidak menonjol dan tidak orisinal adalah omong kosong". Polk menjelaskan bahwa menyerahkan proses kreatif kepada AI tidak akan menghasilkan karya seni yang otentik dan bermakna. Pernyataan NaNoWriMo telah memicu kekecewaan dan kemarahan dari banyak peserta NaNoWriMo yang telah mengikuti program tersebut selama bertahun-tahun. Mereka merasa NaNoWriMo mengabaikan masalah yang terus terjadi dalam platformnya dan mengasingkan anggota dan sukarelawan.

Para penulis yang telah menjadi anggota setia NaNoWriMo menyatakan bahwa mereka merasa dikhianati oleh organisasi yang selama ini mereka dukung. Jenai May adalah peserta NaNoWriMo selama lebih dari dua dekade dan sukarelawan pemimpin untuk wilayahnya selama sekitar setengah dari waktu itu. NaNoWriMo biasanya memiliki pasukan sukarelawan yang terdiri dari hampir 800 pemimpin dan koordinator, tetapi banyak yang telah meninggalkan organisasi tersebut akhir-akhir ini. May mengaku berterima kasih kepada NaNoWriMo karena telah memberinya kepercayaan diri untuk menulis buku.

Namun, ia merasa pernyataan NaNoWriMo tentang AI sangat menjijikkan. "Sikap NaNoWriMo bahwa penulis miskin dan penyandang disabilitas harus menggunakan AI untuk menulis dengan baik dan sukses sangat menjijikkan. Dan menyebut kritikus AI sebagai diskriminatif terhadap penyandang disabilitas dan kaum kelas bawah benar-benar aneh", tegas May. Rebecca Thorne, seorang novelis fantasi yang telah mengikuti NaNoWriMo sejak tahun 2008, membuat video TikTok yang menjadi viral untuk mengecam NaNoWriMo karena mengabaikan sentimen publik tentang AI dan menggunakan bahasa yang politis untuk melindungi diri dari kritik.

Thorne mengumumkan kekecewaannya karena NaNoWriMo seolah-olah mengabaikan suara para penulis yang selama ini menjadi tulang punggung organisasi tersebut. Thorne bertemu dengan beberapa teman terdekatnya di acara tulis-menulis dan pesta yang diadakan oleh NaNoWriMo. Ia sangat menghargai ikatan persahabatan yang terjalin di sana. Namun, ia terkejut dengan pernyataan NaNoWriMo yang seolah-olah menghubungkan kemiskinan dengan kebutuhan untuk menggunakan AI untuk mendapatkan bantuan. "Tujuan NaNoWriMo adalah untuk bertemu dengan orang lain dan saling membantu tanpa harus membayar", ujar Thorne. "Kamu mengatakan bahwa kita tidak membutuhkan manusia untuk bekerja di bidang seni, tetapi seni pada dasarnya adalah manusia. Kita tidak bisa mengandalkan teknologi untuk melakukan pekerjaan itu bagi kita". Polemik AI telah memicu perdebatan di berbagai bidang, termasuk dunia literasi. Para penulis, mulai dari penulis cerita penggemar hingga jurnalis, mempertanyakan apakah AI menggaruk karya mereka dari internet. Beberapa penulis, seperti Stephen Marche, telah menemukan cara untuk menggunakan AI sebagai alat; sementara yang lain bertekad untuk tidak pernah menyentuh teknologi tersebut.

NaNoWriMo, yang dulunya merupakan tempat berlindung bagi para penulis amatir dari berbagai latar belakang, kini tampaknya mengambil sikap bahwa tidak hanya salah untuk mengutuk AI, tetapi juga dianggap sebagai penghinaan bagi orang miskin atau penyandang disabilitas yang mungkin menggunakannya. Pernyataan NaNoWriMo tentang AI, yang mengklaim bahwa kritik terhadap AI mengandung nuansa kelas dan disabilitas, telah memicu kontroversi besar di dunia literasi. Pernyataan tersebut telah memicu perdebatan sengit tentang etika AI, hak cipta, dan kreativitas manusia.

Banyak penulis, termasuk anggota dewan penulis NaNoWriMo, merasa bahwa pernyataan tersebut tidak hanya salah, tetapi juga tidak sensitif dan tidak bermoral. Mereka berpendapat bahwa AI bukanlah solusi untuk masalah kelas dan disabilitas, dan bahwa mengutuk AI sama sekali tidak berarti diskriminatif terhadap kelompok-kelompok tersebut. Polemik AI yang dipicu oleh pernyataan NaNoWriMo ini menunjukkan bahwa perdebatan tentang penggunaan AI dalam bidang kreatif masih jauh dari selesai. Di tengah kemajuan teknologi yang pesat, penting untuk terus mempertanyakan etika, hak cipta, dan dampak sosial dari AI dalam bidang kreatif.

Perdebatan ini tidak hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang nilai-nilai, etika, dan masa depan kreativitas manusia. Apakah AI benar-benar dapat menggantikan peran manusia dalam menciptakan karya seni? Apakah AI dapat menghasilkan karya seni yang bermakna dan orisinal? Pertanyaan-pertanyaan ini perlu terus dikaji dan didiskusikan.