AS vs. China: Cuma Ngobrol Atau Perang?



AS vs. China: Cuma Ngobrol Atau Perang? - the photo via: channelnewsasia - pibitek.biz - Politik

the photo via: channelnewsasia


336-280
TL;DR
  • AS dan China ngobrol buat jaga hubungan kedua negara biar nggak putus.
  • Pertemuan ini menunjukkan kalau kedua negara masih pengen ngatur hubungan agar nggak sampai berantem beneran.
  • AS dan China ngobrol terus-menerus, meskipun perbedaan antara kedua negara masih banyak.

pibitek.biz -Pertemuan ini bisa dilihat sebagai usaha untuk menjaga agar hubungan kedua negara nggak terputus sama sekali. Jake Sullivan, orang penting yang menangani masalah keamanan nasional di AS, melakukan perjalanan ke Beijing untuk berdiskusi dengan para pemimpin China. Perjalanan ini terjadi dalam konteks hubungan AS dan China yang semakin tegang, dimana AS lagi sibuk mempersiapkan pilihan umum yang akan diadakan beberapa bulan lagi. Tujuan Sullivan? Menjaga agar hubungan kedua negara tetap seimbang dan nggak sampai berantem beneran. Ini bukan pertemuan biasa. Ini merupakan pertemuan pertama antara pejabat keamanan nasional AS dan China selama delapan tahun terakhir.

Yang lebih mengejutkan lagi, Sullivan berhasil ngobrol sama Jenderal Zhang Youxia, orang nomor dua di militer China. Ketemu dengan jenderal penting ini menunjukkan kalau Xi Jinping, pemimpin China, juga pengen hubungan kedua negara tetap stabil. Sama kayak pemerintah AS yang lagi dipimpin Biden, nggak mau ada kegaduhan. Pertemuan ini juga menunjukkan kalau komunikasi antara militer AS dan China udah dibuka lagi setelah dua tahun nggak ada kontak. Selama dua tahun terakhir, hubungan militer kedua negara benar-benar beku.

Namun, pertemuan Sullivan dengan Jenderal Zhang menunjukkan kalau kedua negara sudah mulai mencairkan hubungan militer. Pertemuan ini bisa dibilang sebagai langkah awal buat mengurangi ketegangan yang udah lama menghantui hubungan kedua negara. Hasil ngobrol sulit dibaca. Pihak AS mengucapkan kata "tanggung jawab". Artinya, kedua negara besar harus bersama-sama ngatur hubungan supaya nggak sampai berantem. Kata-kata ini udah biasa digunakan selama bertahun-tahun, tapi tetap bener. Keadaan politik internasional saat ini sangat rapuh, dan konflik antara AS dan China bisa merusak segalanya.

Keamanan dunia akan terancam, dan ekonomi global bakal runtuh. Bayangkan dampaknya kalau AS dan China berantem beneran. Nggak cuma soal Taiwan, atau pulau-pulau kecil di Laut China Selatan, tapi bisa juga gara-gara kesalahan kecil. Banyak yang bakal jadi korban. Ribuan tentara AS bakal mati, kapal dan pesawat bakal hancur. Ekonomi dunia bakal runtuh. Perang antar negara besar akan menyebabkan kerusakan yang luas dan mempengaruhi kehidupan manusia di seluruh dunia. Ngeri banget kan? Untungnya, AS dan China sama-sama nggak mau sampai berantem beneran.

Sullivan dateng ke China buat ngingetin hal ini. Pertemuan ini adalah upaya untuk menghindari konflik yang bisa menghancurkan kedua negara dan dunia ini. Pertemuan ini juga menunjukkan kalau kedua negara masih memprioritaskan stabilitas dan perdamaian. Tapi sayangnya, AS dan China nggak bisa ngobrol buat nyelesaiin masalah. Sullivan tegas ngomong kalau AS nggak akan ngubah kebijakan terhadap China. Hal ini menunjukkan kalau AS tetap bertekad untuk mempertahankan kepentingan nasionalnya dan nggak akan mudah dipengaruhi oleh tekanan dari China.

AS masih merasa terancam dengan kekuatan China yang terus meningkat dan berpotensi mengancam dominasi AS di dunia. AS bakal terus ngalangi teknologi yang bisa buat militer China lebih kuat. AS nggak mau China terus meningkatkan kekuatan militernya dan mengancam keamanan AS dan sekutunya. Teknologi yang bisa dipakai buat meningkatkan kekuatan militer China bakal terus diblokir oleh AS. Sullivan juga ngomel soal China yang terus ngalangi perjalanan kapal Filipina di Laut China Selatan. Perselisihan soal wilayah di Laut China Selatan tetap jadi masalah yang rumit.

AS terus menyerukan China untuk menghormati klaim Filipina dan nggak ikut campur di wilayah tersebut. Taiwan tetap jadi masalah paling panas. AS bakal terus menolak China yang maksa Taiwan masuk ke China. AS tetap komitmen untuk mendukung kemerdekaan Taiwan dan menolak setiap upaya China untuk menggunakan kekuatan untuk menyatukan Taiwan. Wang Yi, menlu China, ngomong keras, tapi tetap sopan. Wang ngomong kalau AS harus nganggap China sebagai negara setara, bukan saingan. China menentang perlakuan AS yang menganggap China sebagai ancaman dan terus mencoba menghambat pertumbuhan China.

China menuntut diperlakukan sebagai negara yang setara dengan AS. China nggak mau disebut saingan dan mitra sekaligus. China menolak model hubungan AS yang menyatakan kalau AS bisa menjadi saingan dan mitra China pada waktu yang sama. China menilai hubungan dengan AS harus bersifat adil dan berimbang. China pengen AS nggak ikut campur di Laut China Selatan. China menuntut AS untuk menghormati kedaulatan wilayah China dan menghentikan aktivitas militer AS di Laut China Selatan. Xi Jinping masih tegas ngomong kalau larangan AS buat barang ekspor ke China nggak cuma buat ngalangi militer China, tapi juga ngalangi pertumbuhan ekonomi China.

China menilai larangan ekspor tersebut sebagai bentuk perang ekonomi yang menarget pertumbuhan ekonomi dan kekuatan China. Singkatnya, AS nggak bakal ngasih apa yang dimau China. AS nggak mau menyerah pada tekanan China dan terus menjalankan kebijakan yang menentang kepentingan China. AS tetap bertekad untuk mempertahankan dominasi globalnya. Hasil pertemuan Sullivan nggak akan ngubah hubungan AS dan China secara mendasar. Hubungan kedua negara terlalu rumit dan terasa sulit untuk diperbaiki dalam waktu dekat.

Kenapa hubungan kedua negara susah diperbaiki? Bukan gara-gara kepribadian Xi Jinping, tapi gara-gara politik yang rumit. Ada faktor struktural yang menyebabkan hubungan kedua negara tetap tegang. AS pengen tetap jadi negara paling berkuasa di dunia. AS nggak mau kehilangan posisi pentingnya di dunia dan terus berusaha untuk mempertahankan dominasi globalnya. Sementara China, kayak negara-negara besar lainnya, pengen memanfaatkan kekayaan dan militernya buat jadi negara yang lebih berpengaruh di dunia.

China ingin meningkatkan peran dan pengaruh internasionalnya dan menantang dominasi AS di dunia. Keduanya bakal bertabrakan. Keinginan AS untuk mempertahankan dominasi dan keinginan China untuk meningkatkan pengaruh internasional akan terus berbenturan. Hal ini menimbulkan ketegangan struktural yang sulit diatasi. Ideologi kedua negara juga berbeda. Politikus AS sering menyerang China buat kepentingan politik dalam negeri. Perbedaan ideologi dan sistem politik antara AS dan China juga menyumbang pada ketegangan hubungan kedua negara.

Perbedaan ini sering dimanfaatkan oleh politikus AS untuk mendapatkan dukungan politik di dalam negeri. Jadi, hubungan kedua negara bakal tetap rumit walaupun ada orang yang optimis. Hubungan kedua negara akan terus diwarnai dengan ketegangan dan perbedaan pendapat. Meskipun ada upaya untuk menjaga stabilitas hubungan kedua negara, perbedaan fundamental yang ada sulit diatasi dengan mudah. AS dan China cuma bisa ngatur perbedaan di tingkat rendah, supaya nggak sampai berantem beneran. Kedua negara harus fokus pada mengelola perbedaan dan menghindari konflik besar.

Hal ini bisa dilakukan dengan meningkatkan komunikasi dan dialog serta mencari solusi yang bisa diterima kedua belah pihak. Ini kayak ngobrol di warung kopi buat mencari solusi buat masalah kecil. Ini nggak bakal bikin sejarah, tapi ini yang terbaik yang bisa dilakukan AS dan China saat ini. Strategi ini mungkin nggak akan menghasilkan perubahan besar dalam hubungan kedua negara, tapi paling tidak bisa mengurangi potensi konflik. Caranya adalah ngobrol terus-menerus. Nggak cuma sekali dua kali, tapi terus-menerus, sampai siapapun yang jadi presiden AS.

Pemerintah Biden ngerti hal ini, walaupun kadang-kadang ada hal yang membuat ngobrol jadi susah. Contohnya, kehebohan soal balon di awal tahun 2023. Meskipun ada peristiwa yang menimbulkan ketegangan, dialog tetap diperlukan untuk menjaga stabilitas hubungan kedua negara. Pertemuan Sullivan dan Wang Yi adalah bagian dari serangkaian pertemuan yang dimulai sejak Mei 2023. Kedua negara setuju buat buat jalur diplomatik buat nyelesaiin masalah yang muncul. Kedua negara sepakat untuk membuka jalur komunikasi yang lebih terbuka dan efektif untuk mengatasi perbedaan dan menghindari miskomunikasi.

Orang-orang di AS yang nggak suka China bakal mengatakan kalau pertemuan seperti ini nggak gunanya. Mereka bakal ngomong, ngapain ngobrol terus kalau nggak ada hasilnya? Mereka menilai kalau pertemuan ini hanya simbolis dan nggak akan menghasilkan perubahan yang nyata. Tapi pertanyaan lainnya adalah, apa kita bisa nggak ngobrol sama sekali? Jika hubungan kedua negara benar-benar terputus, potensi konflik akan semakin besar. Oleh karena itu, pertemuan dan dialog tetap perlu dilakukan, meskipun hasilnya nggak selalu menyenangkan.