Korea Selatan Panik, Teknologi Kalah Sama China!



Korea Selatan Panik, Teknologi Kalah Sama China - photo from: channelnewsasia - pibitek.biz - Energy

photo from: channelnewsasia


336-280
TL;DR
  • Korea Selatan mulai khawatir dengan dominasi China dalam teknologi.
  • Perusahaan baterai Korea Selatan mulai terancam dengan kemunculan baterai China.
  • Masyarakat Korea Selatan perlu belajar dari keuletan dan keberanian China dalam teknologi.

pibitek.biz -Korea Selatan, negara yang dikenal sebagai kiblat teknologi di Asia, kini tengah dilanda kekhawatiran. Kecemasan ini muncul akibat dominasi China yang semakin kuat dalam dunia teknologi. Selama bertahun-tahun, Korea Selatan menikmati peran sebagai pemasok teknologi canggih bagi China, tapi kini, China telah melampaui mereka. Korea Selatan, selama hampir dua dekade, menikmati kejayaan sebagai pemasok komponen dan produk teknologi canggih bagi China. Perusahaan-perusahaan teknologi China, yang masih dalam tahap awal perkembangan, sangat bergantung pada Korea Selatan untuk memenuhi kebutuhan teknologi mereka.

Namun, era ketergantungan itu telah berakhir. China telah menunjukkan kemampuannya untuk mengembangkan teknologi sendiri, bahkan mampu menciptakan produk-produk yang kualitasnya setara, bahkan melebihi, produk-produk Korea Selatan. Ketakutan semakin menjadi-jadi ketika masyarakat Korea Selatan masih terlena dengan persepsi bahwa produk-produk China masih inferior. Persepsi ini sengaja dipupuk oleh media Korea Selatan yang terus menerus menyoroti kekurangan produk China. Masyarakat Korea Selatan masih percaya bahwa produk buatan mereka masih memiliki keunggulan yang signifikan, padahal realitasnya sudah jauh berbeda.

Contohnya, ketika sebuah mobil listrik Mercedes-Benz terbakar di Incheon, Korea Selatan, persepsi negatif terhadap teknologi China langsung mencuat. Mobil listrik tersebut menggunakan baterai buatan Farasis Energy, perusahaan baterai China yang belum begitu terkenal di Korea Selatan. Kejadian ini langsung memicu gelombang ketakutan di kalangan masyarakat Korea Selatan. Mereka langsung menganggap bahwa baterai China berbahaya dan tidak aman, sehingga banyak yang memutuskan untuk membatalkan rencana pembelian mobil listrik.

Kejadian kebakaran mobil listrik di Incheon semakin memperkuat persepsi masyarakat Korea Selatan tentang kualitas produk China. Media Korea Selatan langsung menuding baterai China sebagai penyebab kebakaran, meskipun penyebab sebenarnya masih belum terungkap. Masyarakat Korea Selatan pun langsung terburu-buru menyalahkan baterai China, tanpa mempertimbangkan faktor lain yang mungkin menjadi penyebab kebakaran. Padahal, perusahaan baterai Korea Selatan, seperti LG Energy Solution, juga pernah mengalami kasus serupa.

Tahun 2021, LG Energy Solution harus membayar ganti rugi kepada General Motors karena baterai buatan mereka menyebabkan kebakaran pada mobil listrik Chevrolet Bolt. Ironisnya, kejadian ini seakan terlupakan oleh masyarakat Korea Selatan. Banyak ahli teknologi yang menyatakan bahwa baterai China dan Korea Selatan memiliki kualitas yang setara, dan tidak ada yang lebih unggul. Namun, masyarakat Korea Selatan masih terjebak dalam persepsi bahwa baterai China lebih rendah kualitasnya dibandingkan dengan baterai Korea Selatan.

Persaingan teknologi antara Korea Selatan dan China semakin memanas. Perusahaan baterai Korea Selatan biasanya memproduksi baterai tipe NMC, yang memiliki harga lebih mahal tetapi performanya lebih bagus. Sementara itu, perusahaan baterai China lebih fokus pada produksi baterai tipe LFP, yang harganya lebih murah tetapi performanya pun sudah cukup bagus. Seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap mobil listrik yang terjangkau, banyak produsen mobil yang memilih baterai LFP karena harganya yang lebih murah.

Tren ini memaksa perusahaan baterai Korea Selatan untuk mulai memproduksi baterai LFP, padahal mereka belum terbiasa dengan teknologi ini. Tantangan yang dihadapi perusahaan baterai Korea Selatan semakin berat. Mereka tidak hanya harus bersaing dengan harga, tetapi juga kualitas dan performa. Jika mereka tidak bisa bersaing di ketiga aspek tersebut, mereka akan tertinggal jauh dari China. Yang lebih mengkhawatirkan adalah, banyak orang Korea Selatan yang masih belum mau membuka mata. Mereka masih percaya bahwa China masih jauh tertinggal dalam bidang teknologi.

Padahal, China telah menunjukkan kemajuan pesat dalam beberapa tahun terakhir. China telah menjadi negara maju yang mampu bersaing di semua bidang, termasuk teknologi. Korea Selatan harus segera mengubah pola pikir mereka. Mereka harus berani beradaptasi dengan perubahan, berinovasi, dan berinvestasi dalam teknologi baru. Jika mereka tidak melakukan perubahan, mereka akan tertinggal jauh dari China, dan akhirnya kehilangan dominasinya di dunia teknologi. Korea Selatan perlu belajar dari China. China tidak takut untuk berinvestasi dalam teknologi baru dan berinovasi.

China juga berani mengambil risiko dan tidak takut untuk bersaing dengan negara-negara maju lainnya. Korea Selatan harus belajar dari keberanian dan keuletan China dalam menghadapi tantangan teknologi. Jika Korea Selatan tidak segera berbenah, mereka akan kehilangan posisi mereka sebagai pemimpin teknologi di Asia. Keberhasilan China menjadi bukti nyata bahwa dominasi teknologi dapat berubah dengan cepat. Korea Selatan harus segera bertindak untuk mempertahankan posisi mereka di dunia teknologi yang semakin kompetitif.