Mobil Listrik Mati Total, Startup China Bangkrut!



Mobil Listrik Mati Total, Startup China Bangkrut - the picture via: restofworld - pibitek.biz - Pemerintah

the picture via: restofworld


336-280
TL;DR
  • WM Motor, startup mobil listrik China, bangkrut dan mobil mati total.
  • Banyak pemilik mobil listrik China khawatir tentang kebangkrutan startup Motor.
  • Konsumen China kini lebih selektif memilih mobil listrik dari produsen besar.

pibitek.biz -Tahun 2023, pasar mobil listrik China sedang panas-panasnya. Begitu banyak startup baru yang bermunculan, menawarkan teknologi canggih dan harga yang kompetitif. Namun, di balik gemerlapnya, tersimpan bahaya laten yang mengancam para pembeli. Salah satu contohnya adalah kasus WM Motor, startup mobil listrik yang cukup terkenal di China. Pada bulan Oktober 2023, WM Motor resmi dinyatakan bangkrut. Kejadian ini mengagetkan banyak orang, terutama para pemilik mobil WM Motor yang tidak menyadari bahwa investasi mereka bisa tiba-tiba lenyap begitu saja.

Hal ini menunjukkan bahwa di balik gemerlapnya dunia startup, terdapat risiko besar yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Setelah WM Motor bangkrut, para pemilik mobil mereka langsung merasakan dampaknya. Mobil-mobil mereka mendadak "offline", tidak bisa digunakan, dan seolah-olah berubah menjadi batu bata. Hal ini disebabkan oleh sistem operasi mobil mereka yang sangat bergantung pada server WM Motor. Saat WM Motor bangkrut, server mereka mati, dan sistem operasi mobil yang bergantung pada server tersebut pun langsung mati.

Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran bagi para pemilik mobil listrik di China karena mereka tidak tahu apa yang akan terjadi pada mobil mereka di masa depan. Richard Qian, salah satu pemilik mobil WM Motor EX5, menceritakan pengalamannya. Dia ingin keluar rumah dengan mobilnya seperti biasanya, namun terkejut karena mobilnya tidak bisa dihidupkan. Dia mencoba mengakses aplikasi smartphone yang biasanya digunakan untuk mengatur kunci pintu, AC, dan berbagai fitur lain di mobilnya, tetapi aplikasi tersebut tidak bisa diakses.

Dasbor mobilnya pun tidak berfungsi, seperti tidak ada kehidupan. Hal ini membuat Qian sangat bingung dan khawatir. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa investasi yang telah dia gelontorkan untuk mobil tersebut akan berakhir sia-sia. Qian bukanlah satu-satunya pemilik mobil WM Motor yang mengalami hal serupa. Banyak pemilik mobil WM Motor lainnya yang juga mengalami masalah yang sama dan mereka langsung mengutarakan keluhan mereka di 12365auto, sebuah situs review mobil terkemuka di China. Para pemilik mobil ini sangat kecewa dan marah karena mobil mereka mendadak tidak bisa digunakan lagi.

Mereka memprotes keras kekecewaan mereka dan mendesak WM Motor untuk segera menyelesaikan masalah ini. WM Motor sempat merespon dengan meminta maaf kepada para pemilik mobil dan berupaya menghidupkan kembali server mereka. Akan tetapi, upaya tersebut hanya berhasil sementara. Software mobil-mobil WM Motor tetap tidak bisa diupdate, aplikasi WM Motor juga sudah tidak tersedia di app store China, dan nasib para pemilik mobil WM Motor masih belum jelas. Kasus WM Motor ini membuka mata banyak orang tentang risiko berinvestasi pada startup.

Di China, pasar mobil listrik memang sangat kompetitif, harga mobil murah, dan persaingan ketat. Setiap hari, selalu ada startup baru yang bermunculan, menawarkan teknologi canggih dan harga yang menarik. Namun, di balik pesona itu, banyak startup yang tidak sanggup bertahan lama dan akhirnya gulung tikar. Sejak tahun 2020, lebih dari 20 startup mobil listrik di China telah bubar, seperti Singulato, Aiways, dan bahkan HiPhi, yang terkenal dengan mobil mewahnya. WM Motor, yang telah menjual sekitar 100.000 mobil, menjadi startup mobil listrik terbesar yang mengalami kebangkrutan di China.

Lebih dari 160.000 pemilik mobil listrik di China kini terancam kehilangan investasi mereka, dan kasus WM Motor ini hanya puncak gunung es. Para pemilik mobil listrik yang terdampak bangkrutnya startup ini merasa cemas dan khawatir. Mereka takut mobil mereka akan rusak dan tidak bisa lagi mendapatkan suku cadang atau servis. Wang, pemilik mobil HiPhi X, sudah bersiap-siap mencari suku cadang bekas jika mobilnya mogok, karena dia tidak yakin HiPhi masih ada di masa depan. Di China, peraturan memang mewajibkan produsen mobil untuk menyediakan suku cadang dan layanan purna jual selama 10 tahun setelah model mobil tersebut dihentikan produksinya.

Namun, peraturan ini tidak berlaku untuk software. Software pada mobil listrik sangat penting karena mengontrol berbagai fungsi, seperti pengisian daya, kunci pintu, sistem hiburan, dan lainnya. Software ini seringkali terhubung ke server cloud, yang berarti jika servernya mati, mobil pun akan mati. Lei Xing, seorang analis mobil listrik, mengatakan bahwa kekhawatiran utama para pemilik mobil listrik adalah kerusakan baterai dan kegagalan fungsi software. Kasus WM Motor menunjukkan bahwa mobil listrik saat ini sudah seperti smartphone.

Tidak hanya mesin yang perlu diperhatikan, tetapi software-nya juga harus dipertimbangkan. Tesla juga pernah mengalami kejadian serupa di tahun 2021. Aplikasi smartphone mereka mengalami gangguan dan para pemilik mobil Tesla yang tidak membawa kunci fisik tidak bisa membuka mobilnya. Pada tahun 2023, Fisker yang sudah bangkrut membuat para pemilik mobilnya tidak bisa mengunci mobil atau menyalakan AC. Hal ini sangat mengganggu, terutama di musim panas. Pemerintah China telah berusaha untuk menghidupkan kembali industri mobil listrik dengan memberikan subsidi bagi konsumen yang beralih dari mobil bensin ke mobil listrik.

Namun, Lei Xing yakin bahwa kasus-kasus seperti WM Motor tidak akan berhenti dalam waktu dekat. Masih banyak startup yang akan mengalami kesulitan dan kemungkinan besar akan mengalami nasib yang sama seperti WM Motor. Ren, investor yang familiar dengan WM Motor, mengatakan bahwa WM Motor memiliki kasus khusus karena mereka membangun semuanya sendiri, mulai dari pabrik hingga tim riset dan pengembangan. Banyak startup mobil listrik lain bekerja sama dengan perusahaan otomotif besar atau perusahaan teknologi, sehingga jika mereka bangkrut, perusahaan besar tersebut bisa mengambil alih tanggung jawab layanan purna jual.

Ren berharap WM Motor dapat menjual asetnya, termasuk software, kepada perusahaan lain yang dapat terus menjalankan layanan tersebut. Kasus WM Motor telah membuat konsumen China menjadi lebih selektif dalam memilih mobil listrik. Mereka tidak lagi mau membeli mobil dari startup yang belum jelas nasibnya. Data penjualan mobil listrik di China menunjukkan bahwa konsumen lebih memilih mobil-mobil dari merek besar seperti BYD, Tesla, dan GAC Motor. Dari 20 model mobil listrik yang paling laris di China pada semester pertama tahun 2024, hanya satu yang buatan startup, yaitu Li L6 dari Li Auto.

Delapan lainnya adalah dari BYD. Ren mengatakan bahwa konsumen kini mempertimbangkan risiko bangkrutnya produsen mobil sebelum memutuskan untuk membeli mobil. Jadi, bagi kamu yang ingin membeli mobil listrik, pastikan untuk memilih produsen yang terpercaya dan memiliki reputasi baik. Jangan sampai kamu menyesal karena memilih startup yang akhirnya bangkrut.