AI Bantu Analisis Plasma untuk Obati Kanker



TL;DR
  • Plasma dingin atmosfer (CAP) digunakan untuk mengobati kanker dan merangsang pertumbuhan jaringan.
  • Software AI dari PPPL dapat memprediksi zat kimia yang keluar dari CAP.
  • Tujuan jangka panjang adalah mengoptimalkan pengobatan dengan CAP secara otomatis.
AI Bantu Analisis Plasma untuk Obati Kanker - credit to: techexplorist - pibitek.biz - Akurasi

credit to: techexplorist


336-280

pibitek.biz -Plasma dingin atmosfer (CAP) adalah gas bermuatan listrik yang mengandung banyak zat kimia. Zat-zat ini bereaksi ribuan kali saat CAP menyembur keluar dari alat. CAP berguna di bidang kesehatan, seperti untuk mengobati kanker, merangsang pertumbuhan jaringan, dan membersihkan permukaan.

Para ilmuwan dari Princeton Plasma Physics Laboratory (PPPL) membuat software AI untuk meningkatkan pengobatan dengan CAP. Software ini bisa memprediksi zat kimia apa saja yang keluar dari alat CAP. Ini penting karena zat-zat ini memengaruhi sel-sel tubuh dengan cara yang berbeda-beda.

Software ini belajar dari data eksperimen nyata dan hukum fisika. Dia menggunakan metode jaringan saraf terinformasi fisika (PINN), yang meniru cara otak manusia mengolah informasi dan memasukkan hukum fisika. Yevgeny Raitses, seorang fisikawan peneliti utama di PPPL, mengatakan, "Penelitian ini adalah langkah menuju pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana dan mengapa CAP bekerja dan suatu hari bisa digunakan untuk menyempurnakan pengobatannya".

Sophia Gershman, seorang insinyur peneliti senior di PPPL yang terlibat dalam proyek ini, mengatakan, "Mengetahui apa yang keluar dari CAP sangat penting. Mengetahuinya dengan akurat sangat sulit. Prosesnya membutuhkan banyak alat untuk mengumpulkan informasi berbeda tentang CAP. Dalam studi praktis, sulit untuk menggunakan semua alat canggih itu sekaligus untuk setiap alat dan permukaan yang kita obati".

Proyek ini dimulai dengan data kecil yang diperoleh dengan spektroskopi serapan inframerah Fourier-transform, yang kemudian diperluas dan digunakan untuk melatih jaringan saraf dengan algoritma evolusioner. Akhirnya, software ini berhasil menghitung konsentrasi zat kimia dan parameter lainnya dari CAP berdasarkan data nyata.

Ini sangat penting karena efek CAP bergantung pada komposisi kimianya. Michael Keidar, profesor teknik di GWU dan mitra kerja PPPL yang juga ikut dalam proyek ini, mengatakan, "Tujuan jangka panjang adalah bisa melakukan perhitungan ini cukup cepat sehingga software bisa menyesuaikan CAP secara otomatis selama prosedur untuk mengoptimalkan pengobatan".

"Idealnya, ini bisa disesuaikan. Caranya, kita mengobati pasien, dan respons setiap pasien akan berbeda. Jadi, kita bisa mengukur responsnya secara real-time dan kemudian mencoba memberi tahu, dengan menggunakan umpan balik dan machine learning, pengaturan yang tepat di alat pembuat CAP".