IT Pro Asal China Diduga Ngasih Bocoran Data ke Negaranya



IT Pro Asal China Diduga Ngasih Bocoran Data ke Negaranya - the photo via: theregister - pibitek.biz - Hukum

the photo via: theregister


336-280
TL;DR
  • Amerika Serikat menuduh Ping Li, warga negara Amerika berdarah China, sebagai mata-mata China.
  • Li diduga memberikan informasi rahasia ke Kementerian Keamanan Negara (MSS) China sejak tahun 2012.
  • Tujuan utama spionase China adalah untuk mendapatkan keuntungan dalam persaingan global.

pibitek.biz -Uncle Sam, alias Amerika Serikat, lagi geregetan sama seorang IT Pro berdarah China yang diduga udah ngasih bocoran data rahasia selama bertahun-tahun. Ping Li, nama si IT Pro, seorang warga negara Amerika yang tinggal di Wesley Chapel, Florida. Si Li ini udah ngelakuin kerjaan di perusahaan telekomunikasi besar Amerika dan perusahaan teknologi informasi internasional sejak dia pindah ke Amerika. Udah lama si Li ini dicurigai jadi mata-mata China. Kenapa? Karena dia diduga udah ngasih bocoran informasi rahasia ke Kementerian Keamanan Negara (MSS) China sejak tahun 2012.

Informasi yang diduga dibocorkan oleh si Li ini bervariasi, mulai dari serangan siber yang dikaitkan dengan China, organisasi keagamaan terlarang, sampai hal-hal yang berkaitan dengan perusahaan telekomunikasi di Amerika. "MSS sering menggunakan 'kontak kooperatif' yang berada di luar China untuk mendapatkan informasi, termasuk tentang perusahaan asing, tokoh politik asing, pejabat intelijen, dan informasi tentang aktivis politik China yang tinggal di negara-negara tersebut", kata Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DoJ) dalam pernyataan resmi tentang kasus ini. "Kontak kooperatif ini membantu MSS dalam berbagai cara, termasuk melakukan riset tentang topik yang menarik bagi pemerintah China untuk mendukung misi MSS", lanjut pernyataan DoJ.

Salah satu informasi yang diduga dibocorkan Li adalah tentang Falun Gong, sebuah organisasi keagamaan yang berasal dari China dan dilarang di negaranya sejak tahun 1999. Falun Gong dianggap sebagai musuh utama pemerintah China karena ajarannya dianggap mengancam ideologi komunis. Setelah dilarang, Falun Gong dihantam dengan berbagai tindakan represif, mulai dari penangkapan, penyiksaan, pembunuhan, hingga kerja paksa. Organisasi ini dianggap "sesat" oleh Partai Komunis China dan diintimidasi dengan berbagai cara.

Li diduga mengumpulkan informasi tentang seseorang yang terkait dengan Falun Gong dan mengirimkan data tersebut ke MSS kurang dari seminggu setelah mendapat perintah. Kejahatan si Li ini enggak berhenti di situ. Dia juga diduga udah ngasih bocoran informasi tentang perusahaan telekomunikasi tempat dia bekerja di tahun 2015. Informasi tersebut diberikan ke MSS setelah perusahaan telekomunikasi tempat dia bekerja membuka cabang di China. Informasi apa saja yang diberikan Li ke MSS? Sayangnya, dokumen pengadilan tidak mencantumkan detail tentang jenis informasi atau nama perusahaan telekomunikasi yang dimaksud.

Semenjak pandemi melanda dunia, permintaan informasi dari MSS terhadap Li semakin intens. Dalam waktu lebih dari setahun, tepatnya dari Mei 2021 hingga Juni 2022, si Li dikabarkan udah memenuhi tiga permintaan informasi dari MSS. Permintaan pertama berkaitan dengan informasi tentang serangan siber terhadap perusahaan-perusahaan Amerika yang dikaitkan dengan grup yang disponsori oleh pemerintah China. Serangan siber yang diduga dilakukan oleh China ini bahkan disebut-sebut menyerang sebuah perusahaan besar di Amerika.

Li memenuhi permintaan ini dalam waktu empat hari. Lagi-lagi, dokumen pengadilan enggak mencantumkan nama perusahaan atau produk yang jadi sasaran serangan siber tersebut. Di bulan Maret 2022, Li yang saat itu bekerja di perusahaan IT internasional, diduga mengirimkan detail tentang materi pelatihan keamanan siber milik perusahaan tersebut ke MSS. Dugaan kuatnya, informasi tersebut digunakan oleh MSS untuk mengeksploitasi kelemahan keamanan siber perusahaan dan mengelabui sistem pertahanan yang ada.

Enggak berhenti sampai di situ, di bulan Juni 2022, MSS meminta Li untuk mencari informasi tentang seseorang yang kabur dari China ke Amerika. Li diberikan nama dan alamat orang tersebut di Amerika oleh MSS dan diharuskan untuk mengirimkan detail tentang pemilik properti tersebut ke MSS. Li pun dengan cepat memenuhi permintaan tersebut. "Sejak tahun 2012, Li diduga berperan sebagai kontak kooperatif yang bekerja atas arahan petugas MSS untuk mendapatkan informasi yang menarik bagi pemerintah China", kata DoJ dalam pernyataan resminya. "Li menggunakan berbagai akun online anonim untuk berkomunikasi dengan MSS dan melakukan perjalanan ke China untuk bertemu dengan petugas MSS", tambah DoJ. Kasus si Li ini bukanlah kasus pertama. China terkenal dengan kegiatan spionasenya yang agresif dan luas. China udah lama memanfaatkan warga negara Amerika dan warga China yang tinggal di Amerika untuk mencuri berbagai informasi rahasia. Informasi rahasia yang berhasil dicuri oleh China termasuk kode sumber, rahasia dagang, hak kekayaan intelektual, dan masih banyak lagi.

China bahkan nggak segan-segan merekrut anggota militer Amerika yang masih aktif dan mantan anggota militer untuk memberikan informasi rahasia tentang militer Amerika. Ada banyak contoh kasus anggota militer Amerika yang tertangkap tangan memberikan informasi kepada China. Ada kasus yang hanya dibayar dengan 15 ribu dollar, yang terkesan murah dibanding hukuman 20 tahun penjara yang dijatuhkan kepada Petty Officer Wenheng Zhao tahun lalu. Ada juga kasus yang hanya diungkap karena kurangnya keamanan.

Tentu saja, China selalu mengelak dan menampik tuduhan tersebut. Kasus ini menjadi bukti nyata bahwa China secara aktif dan agresif memanfaatkan warga negara asing untuk mencuri informasi penting dan rahasia. China nggak pernah segan-segan menggunakan berbagai cara untuk mencapai tujuannya, termasuk melalui spionase dan manipulasi. Kasus ini jadi peringatan bagi semua orang agar berhati-hati dengan orang-orang yang mungkin terlihat seperti orang biasa, tapi ternyata punya agenda tersembunyi. Mungkin kamu pernah bertanya-tanya, apa sih sebenarnya tujuan dari spionase yang dilakukan China? Tujuan utama spionase China adalah untuk mendapatkan keuntungan dalam persaingan global, baik dalam ekonomi, teknologi, militer, maupun politik.

China menginginkan keunggulan dalam berbagai bidang untuk menguasai dunia dan mencapai hegemoni global. Mereka haus kekuasaan dan menganggap informasi sebagai senjata paling ampuh untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu, China nggak segan-segan menggunakan berbagai cara untuk mencuri informasi penting, bahkan dengan cara merekrut orang-orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan besar di Amerika. China sangat gencar memburu informasi yang berkaitan dengan teknologi. Mereka ingin menguasai teknologi canggih yang dimiliki oleh Amerika dan negara-negara maju lainnya untuk membangun ekonomi mereka dan meningkatkan kekuatan militernya.

Tujuan ini bukan hanya untuk mengalahkan Amerika, tapi juga untuk menjadi pemimpin dunia di berbagai bidang. China juga ingin mendapatkan akses ke informasi tentang politik dan militer Amerika untuk mengetahui strategi dan rencana Amerika. Mereka ingin memanfaatkan informasi ini untuk membuat strategi dan rencana sendiri untuk mengalahkan Amerika dan mengendalikan dunia. China juga mengincar informasi tentang ekonomi Amerika dan perusahaan-perusahaan besar di Amerika. Mereka ingin memanfaatkan informasi ini untuk menguasai pasar global dan mengalahkan saingannya.

Untuk mendapatkan informasi rahasia, China memanfaatkan jaringan mata-mata yang tersebar di seluruh dunia. Jaringan ini terdiri dari warga negara China, warga negara asing, dan bahkan mantan anggota militer Amerika yang tergiur dengan iming-iming uang dan keuntungan. China juga memanfaatkan teknologi canggih untuk memata-matai Amerika. Mereka menggunakan berbagai metode seperti serangan siber, peretasan, dan pencurian data untuk mendapatkan akses ke informasi rahasia. China menggunakan berbagai teknik canggih untuk memanipulasi dan merayu orang-orang yang memiliki akses ke informasi rahasia.

Mereka menawarkan uang, kekuasaan, dan berbagai keuntungan lainnya untuk mendapatkan informasi penting. China bahkan menggunakan pengaruh dan kekuatannya untuk memaksa orang-orang tertentu untuk bekerja sama dengan mereka. Mereka mengancam dengan berbagai cara, seperti hukuman penjara, intimidasi, dan ancaman kekerasan terhadap keluarga mereka. China juga memanfaatkan kedekatan budaya dan bahasa untuk merekrut orang-orang yang memiliki hubungan dengan China. Mereka memanfaatkan kepercayaan dan simpati untuk mendapatkan akses ke informasi penting.

China juga memanfaatkan kelemahan keamanan di Amerika untuk memata-matai. Mereka mengeksploitasi kelemahan dalam sistem keamanan dan jaringan komputer untuk mencuri informasi rahasia. China juga mengincar informasi tentang kelompok-kelompok yang dianggap sebagai ancaman oleh pemerintah China. Informasi ini digunakan untuk menindas kelompok-kelompok tersebut dan untuk menghancurkan gerakan mereka. Pemerintah Amerika Serikat sangat menyadari bahaya spionase yang dilakukan oleh China. Mereka telah mengambil langkah-langkah untuk memblokir kegiatan spionase China dan untuk melindungi informasi penting dari ancaman China.

Namun, China selalu menemukan cara baru untuk memata-matai Amerika. Mereka terus mencari cara untuk mendapatkan akses ke informasi rahasia yang akan memberi mereka keuntungan dalam persaingan global. Kasus si Li ini menjadi bukti nyata bahwa spionase China masih terus mengancam Amerika dan negara-negara lain di dunia. Kasus ini menunjukkan bahwa China sangat agresif dalam mencuri informasi penting dan rahasia, bahkan dengan cara yang ilegal dan tidak etis. Kita semua harus waspada terhadap spionase yang dilakukan oleh China dan melindungi diri kita dari ancaman mereka. Ini adalah masalah yang serius yang harus kita hadapi bersama.