- AI dalam industri hiburan berpotensi menggantikan peran aktor dalam produksi film.
- Penggunaan AI dalam industri film dapat memicu perdebatan etis tentang peran manusia dan teknologi.
- Aktor dan pekerja film menuntut perlindungan dari ancaman AI di industri film.
pibitek.biz -Rachel Zegler, aktris muda yang dikenal lewat perannya dalam "West Side Story" dan "Snow White" versi live-action, baru-baru ini mengumumkan kekhawatirannya terhadap AI. Ia merasa takut akan tergantikan oleh versi AI dari dirinya sendiri, yang dapat dibuat dengan menggunakan data dari penampilannya di masa lalu. Zegler merasa khawatir bahwa perusahaan produksi film dapat menggunakan teknologi AI untuk menciptakan versi digital dirinya yang abadi, tanpa harus mempekerjakannya lagi di masa depan. Ia mencontohkan pengalamannya sendiri, di mana ia telah difoto dari berbagai sudut tubuhnya untuk keperluan CGI dalam film-film yang dibintanginya.
2 – Startup AI Perplexity Bidik Pendanaan 7 Triliun 2 – Startup AI Perplexity Bidik Pendanaan 7 Triliun
3 – Google Kerjasama dengan Reaktor Nuklir untuk AI 3 – Google Kerjasama dengan Reaktor Nuklir untuk AI
Ia menganggap proses ini sebagai sesuatu yang "dystopian" dan mengancam masa depan kariernya sebagai aktris. Kekhawatiran Zegler bukan tanpa alasan. Seiring dengan kemajuan teknologi AI, kemampuan untuk menciptakan konten digital yang menyerupai manusia semakin berkembang pesat. Teknologi ini dapat digunakan untuk menghasilkan visual, suara, dan bahkan gerakan yang sangat realistis. Hal ini telah memicu perdebatan mengenai potensi AI untuk menggantikan pekerja di berbagai bidang, termasuk industri hiburan.
Beberapa aktor ternama lainnya juga telah mengumumkan ketakutan serupa terhadap AI. Rashida Jones, yang dikenal lewat perannya dalam serial "Sunny", mengatakan bahwa ia takut AI dapat menggantikan dirinya dalam dunia akting. Ia mengakui bahwa AI bisa dengan mudah meniru dirinya, namun berharap bahwa AI tetap akan menjadi alat bantu dan tidak menggantikan peran manusia sepenuhnya. Tom Hanks, aktor veteran yang terkenal dengan film-film seperti "Forrest Gump" dan "Saving Private Ryan", memiliki perspektif yang berbeda terhadap AI.
Ia berpendapat bahwa AI dapat memperpanjang karier aktor dengan menciptakan versi digital mereka yang dapat tampil dalam film-film baru, bahkan setelah mereka meninggal. Hanks mengakui bahwa teknologi AI dapat membuat versi dirinya yang sangat mirip dengan aslinya, sehingga penonton mungkin tidak menyadari bahwa yang mereka saksikan adalah hasil karya AI. Ia mempertanyakan apakah penonton akan peduli dengan perbedaan tersebut, dan apakah mereka akan dapat membedakan antara kinerja manusia dan AI.
Perkembangan AI di bidang hiburan telah memicu perdebatan yang kompleks. Di satu sisi, AI memiliki potensi untuk menghadirkan pengalaman baru yang menarik bagi penonton. Di sisi lain, AI juga menimbulkan ancaman bagi para pekerja di industri hiburan, terutama para aktor. Para pekerja film dan televisi, melalui serikat pekerja SAG-AFTRA, telah menuntut perlindungan dari ancaman AI. Mereka menuntut agar perusahaan produksi film memberikan jaminan bahwa AI tidak akan digunakan untuk menggantikan pekerjaan manusia.
Perdebatan mengenai peran AI dalam industri hiburan masih terus berlanjut. Belum ada jawaban pasti mengenai bagaimana AI akan memengaruhi masa depan dunia perfilman. Namun, yang pasti adalah AI telah memberikan dampak signifikan pada industri kreatif, dan hal ini akan terus menjadi isu yang perlu dikaji lebih lanjut. AI dapat menciptakan versi digital yang sangat mirip dengan manusia, bahkan hingga ke detail terkecil. Teknologi ini dapat digunakan untuk membuat karakter virtual yang dapat berinteraksi dengan penonton secara realistis.
Hal ini membuka peluang baru dalam industri hiburan, seperti film-film yang menampilkan karakter digital yang tidak dapat dibedakan dari manusia. Namun, di balik potensi positif tersebut, tersembunyi ancaman besar bagi para aktor dan pekerja di industri hiburan. Teknologi AI dapat digunakan untuk menggantikan peran manusia dalam produksi film. Perusahaan produksi film dapat dengan mudah menciptakan versi digital para aktor yang dapat tampil dalam film baru, tanpa harus membayar mereka gaji. Hal ini tentu saja menjadi ancaman besar bagi masa depan karier para aktor, yang telah menghabiskan waktu dan usaha bertahun-tahun untuk mengasah kemampuan mereka.
Ancaman AI tidak hanya datang dari sisi produksi, tetapi juga dari sisi konsumsi. Penonton mungkin tidak menyadari bahwa karakter yang mereka saksikan di layar adalah hasil karya AI. Mereka mungkin terbiasa dengan film-film yang menampilkan aktor digital, dan menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa. Hal ini akan semakin mengurangi nilai dan peran aktor manusia dalam dunia hiburan. AI dapat digunakan untuk menciptakan konten yang dibuat khusus sesuai dengan preferensi masing-masing individu. Hal ini tentu saja dapat membuat penonton terkesan dan merasa terhubung dengan konten yang mereka konsumsi.
Namun, di balik keuntungan tersebut, tersembunyi potensi penyalahgunaan yang dapat mengancam privasi dan hak-hak digital individu. Perusahaan produksi film dapat memanfaatkan data pribadi pengguna untuk membuat konten yang dirancang khusus untuk mempengaruhi perilaku mereka. Mereka dapat memanipulasi emosi dan pikiran pengguna, tanpa sepengetahuan mereka. Penggunaan AI dalam industri hiburan juga dapat berdampak negatif terhadap kreativitas dan keunikan karya seni. Film-film yang menggunakan AI dapat menjadi terlalu mirip satu sama lain, kehilangan daya tarik dan nilai seni.
AI dapat menghasilkan konten yang mudah diprediksi dan membosankan, karena AI cenderung mengulang pola dan formula yang telah terbukti sukses di masa lalu. Hal ini dapat membatasi ruang gerak kreativitas para sineas dan mengurangi keunikan karya seni. AI juga dapat mengancam keberagaman dan representasi dalam industri hiburan. Perusahaan produksi film dapat menggunakan AI untuk menciptakan karakter virtual yang homogen dan stereotipikal, karena AI cenderung mengulang pola yang telah ada di masa lalu.
Hal ini dapat mengurangi representasi kelompok minoritas dan marginal, dan memperkuat bias dan diskriminasi yang telah ada di masyarakat. Penggunaan AI dalam industri hiburan perlu dilakukan dengan hati-hati, dengan mempertimbangkan dampak yang dapat ditimbulkannya. AI memiliki potensi untuk menghadirkan peluang baru yang menarik, tetapi juga mengandung risiko yang perlu diwaspadai. Penting untuk menjaga keseimbangan antara pemanfaatan teknologi AI dan perlindungan hak-hak pekerja, privasi pengguna, dan nilai-nilai seni.