Topi AI Bisa Baca Pikiran dan Ubah Jadi Teks



TL;DR
  • Topi AI membaca pikiran dan mengubahnya menjadi teks atau suara.
  • Topi DeWave menggunakan elektroensefalogram (EEG) untuk menangkap aktivitas otak pengguna.
  • DeWave mencapai skor akurasi maksimal 42,8% dalam percobaan dengan 29 peserta.
Topi AI Bisa Baca Pikiran dan Ubah Jadi Teks - the image via: extremetech - pibitek.biz - Elon Musk

the image via: extremetech


336-280

pibitek.biz -Peneliti dari University of Technology Sydney (UTS) membuat topi yang dilengkapi dengan AI yang bisa baca pikiran penggunanya. Topi ini menggunakan elektroensefalogram, atau EEG, untuk menangkap aktivitas otak pengguna dan mengubahnya menjadi teks atau suara. Meski belum sempurna, sistem ini cukup mengagumkan karena bisa menerjemahkan pikiran tanpa perlu melacak mata atau input lainnya.

Topi ini dinamakan DeWave, yang terdiri dari dua komponen utama: topi pembaca EEG dan LLM. Setelah pengguna memakai topi, elektroda EEG yang tidak menembus kulit, mulai mendeteksi impuls listrik yang mengalir di otak. Gelombang otak ini masuk ke DeWave LLM, yang dibuat oleh tim UTS dari dataset bernama ZuCo yang menghubungkan pola mata dan EEG dengan tugas membaca alami. Setiap pola mata dan EEG, dicocokkan dengan kata atau frasa untuk membentuk kalimat. Pola mata dan EEG ini didapatkansaat pengguna membaca secara diam, tanpa suara.

Dalam percobaan dengan 29 peserta, DeWave mencapai skor akurasi maksimal 42,8% pada metrik terjemahan mesin BLEU-1. Dalam makalah pracetak yang dibagikan ke arXiv, peneliti menyebutkan bahwa DeWave lebih baik dalam mencocokkan kata kerja daripada kata benda, yang sering diterjemahkan menjadi pasangan sinonim.

Misalnya, pengguna mungkin berpikir "edisi", sementara DeWave menggunakan kata "versi". Peneliti menjelaskan ada dua kemungkinan penyebab hal ini. Pertama, saat otak memproses kata-kata ini, kata-kata yang mirip secara semantik mungkin menghasilkan pola gelombang otak yang serupa.

Kedua, jumlah pasangan EEG-teks yang tersedia untuk pelatihan jauh lebih kecil daripada terjemahan bahasa tradisional. Jadi, sedikit kesalahan dalam menerjemahkan kata benda atau kalimat yang belum pernah dilihat bisa dimengerti. Seharusnya, DeWave bisa mencapai skor akurasi 90% atau lebih.

Tapi teknologi "baca pikiran" yang hanya menggunakan EEG sudah dianggap lebih unggul daripada metode serupa, seperti pelacakan mata atau Neuralink milik Elon Musk, karena lebih praktis. Pasien yang mengalami stroke atau ALS harus belajar menggunakan antarmuka pelacakan mata, tapi tidak ada pelatihan yang dibutuhkan untuk sistem seperti DeWave. Cukup baca atau berpikir, dan DeWave akan mengerjakan sisanya.