- Proyek Cina di Pakistan terhambat oleh ketidakstabilan politik.
- Fase kedua CPEC fokus pada pembangunan zona ekonomi khusus.
- Investor China membutuhkan kepastian dan hasil yang nyata.
pibitek.biz -Pakistan, negara yang berada di persimpangan jalan, dihadapkan pada tantangan berat dalam mewujudkan ambisi pembangunannya. Ketidakstabilan politik yang terus mewarnai, ditambah dengan ancaman terorisme yang membayangi, telah menghambat laju kemajuan proyek-proyek pembangunan yang dibiayai oleh China. Program Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC), yang merupakan bagian dari proyek global Belt and Road Initiative milik China, menjadi bukti nyata dari kompleksitas situasi ini. CPEC, yang dirilis pada tahun 2015, bertujuan untuk meningkatkan konektivitas antara China dan Pakistan melalui serangkaian proyek infrastruktur, energi, dan pelabuhan.
2 – AI Apple: Kekecewaan dan Keterlambatan 2 – AI Apple: Kekecewaan dan Keterlambatan
3 – Sengketa XRP: Pertempuran Hukum yang Tak Kunjung Berakhir 3 – Sengketa XRP: Pertempuran Hukum yang Tak Kunjung Berakhir
Program ini dibagi menjadi tiga fase, dengan fase pertama yang fokus pada pembangunan infrastruktur dan energi dasar, menemui sejumlah kendala. Kekerasan yang terjadi di beberapa wilayah di Pakistan, ditambah dengan kondisi ekonomi yang sulit, menjadi batu sandungan dalam penyelesaian proyek-proyek tersebut. Penundaan demi penundaan mewarnai fase pertama CPEC, menimbulkan tanda tanya di benak para pelaku bisnis lokal mengenai keberlanjutan fase kedua. Fase kedua CPEC memiliki fokus yang berbeda, yaitu pembangunan zona ekonomi khusus.
Fase ini diharapkan dapat mendorong investasi dan menciptakan lapangan kerja, membantu Pakistan keluar dari jerat kemiskinan. Namun, ketidakpastian yang menyelimuti fase pertama membuat banyak orang ragu mengenai keberhasilan fase kedua. Akmal Siddiq, penasihat teknis di Kementerian Ketahanan Pangan dan Riset Nasional, mengakui bahwa kondisi ekonomi Pakistan memang sedang dalam keadaan sulit, dengan ketidakstabilan politik yang semakin memperumit situasi. Siddiq mengakui bahwa masalah ekonomi, makro ekonomi, dan keuangan, serta ketidakstabilan politik, menjadi fakta yang harus dihadapi oleh Pakistan.
Namun, ia tetap optimis, yakin bahwa investor yang memiliki pandangan jangka panjang akan tetap berinvestasi di negara tersebut. Mereka melihat potensi besar yang dimiliki Pakistan dan percaya bahwa investasi mereka akan membuahkan hasil positif di masa depan. Meskipun demikian, ada tanda-tanda bahwa kesabaran China mulai menipis. China, yang telah menggelontorkan dana besar untuk proyek-proyek CPEC, menginginkan kepastian dan hasil yang nyata. Mereka menginginkan jaminan bahwa investasi mereka aman dan tidak akan terancam oleh faktor-faktor yang tidak terkendali.
China telah mendesak Pakistan untuk meningkatkan keamanan bagi warga negara dan kepentingan China di Pakistan. Serangan terhadap warga negara China di Pakistan beberapa waktu lalu telah memicu kekhawatiran di Beijing. Mereka menginginkan agar Pakistan mengambil langkah-langkah konkrit untuk memastikan keamanan warga negara dan aset mereka. Pada bulan Juni, Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif memimpin delegasi pengusaha ke Beijing untuk meyakinkan Presiden Xi Jinping tentang komitmen Pakistan dalam menjaga keamanan dan memohon investasi lebih lanjut.
Delegasi ini membawa pesan penting bahwa Pakistan serius dalam mewujudkan visi CPEC dan bertekad untuk menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif bagi investor China. Kedua negara sepakat untuk memperkuat kerja sama di bidang pertanian, teknologi informasi, dan industri. Pertemuan ini merupakan langkah penting untuk membangun kembali kepercayaan antara kedua negara. Namun, di kalangan pengusaha Islamabad, beberapa orang meragukan realisasi janji fase kedua CPEC mengingat lambatnya kemajuan proyek-proyek di fase pertama.
Mereka masih menaruh keraguan dan menginginkan bukti konkret mengenai komitmen China untuk mendukung proyek-proyek CPEC. Para pengusaha Pakistan menyampaikan bahwa mereka membutuhkan bukti nyata komitmen China. Ahsan Zafar Bakhtawari, presiden Kamar Dagang dan Industri Islamabad, mengumumkan bahwa kemajuan fase kedua CPEC mungkin terhambat tanpa kunjungan ulang Presiden Xi ke Pakistan. Kunjungan ini dinilai penting untuk meningkatkan kepercayaan. Presiden Xi, sebagai pemimpin tertinggi China, memiliki pengaruh yang besar dalam mendorong investasi dan kepercayaan di antara para pengusaha.
Kunjungannya akan menjadi bukti nyata bahwa China serius dalam mendukung CPEC. Banyak pengusaha juga merasakan perlunya fleksibilitas dalam pinjaman China agar proyek-proyek pembangunan dapat diselesaikan dengan lebih cepat. Bakhtawari berpendapat bahwa jangka waktu pengembalian pinjaman perlu diperpanjang hingga 25 tahun. Saat ini, pemerintah Pakistan biasanya hanya berkomitmen untuk mengembalikan pinjaman dalam waktu lima tahun, yang membebani ekonomi dan menyebabkan defisit yang semakin besar.
Syarat pengembalian pinjaman yang terlalu ketat akan membuat Pakistan semakin terbebani dan menghambat laju pembangunan. Fleksibilitas dalam hal ini sangat diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang berkelanjutan di Pakistan. Meskipun ada keraguan, beberapa pengusaha tetap optimis tentang peluang pertumbuhan di fase kedua, terutama dengan pembentukan zona pemrosesan ekspor. Zona ini akan memungkinkan perusahaan dan mitra China mereka untuk memproduksi mesin dan barang secara lokal yang sebelumnya diimpor.
Hal ini akan membantu meningkatkan nilai tambah bagi produk-produk lokal dan mengurangi ketergantungan pada impor. Naeem Siddiqi, pengusaha yang mengimpor hardware komputer dari China, percaya bahwa pembuatan produk di Pakistan akan menghemat biaya impor yang mahal. Ia berharap hal ini dapat menjadikan Pakistan sebagai pusat teknologi di masa depan. Siddiqi melihat potensi besar dalam pengembangan sektor teknologi di Pakistan. Ia percaya bahwa dengan dukungan China, Pakistan dapat menjadi pusat teknologi yang berkembang pesat di Asia Selatan.
Selain itu, para petani Pakistan berharap investasi China dapat memberi angin segar bagi sektor pertanian. Irfan Akbar, petani yang telah bekerja keras selama hampir 30 tahun, menekankan pentingnya kerja sama dengan China dan peran pemerintah dalam mendorong kemajuan. Akbar melihat peluang besar bagi petani Pakistan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka melalui bantuan teknologi dan pengetahuan dari China. Di fase kedua CPEC, akan dibangun zona ekonomi khusus untuk pertanian dengan dukungan China dalam bentuk peralatan, pendanaan, dan penelitian serta pengembangan varietas tanaman baru.
Dewan Riset Pertanian Pakistan juga tengah membangun Pusat Keunggulan di bidang pertanian dengan dukungan China. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produktivitas dan hasil panen melalui penerapan teknologi canggih dan varietas tanaman baru. Dr Ghulam Muhammad Ali, ketua dewan, menyatakan bahwa pusat ini akan fokus pada penelitian berteknologi tinggi, pelatihan tenaga kerja, dan pengembangan produk di sektor pertanian. Pusat ini diharapkan menjadi pusat pengembangan pertanian yang maju, melahirkan inovasi dan menghasilkan sumber daya manusia yang kompeten di bidang pertanian.