John Roberts bicara AI di Pengadilan, bukan Trump atau Etika.



TL;DR
  • Roberts bahas AI di pengadilan, bukan Trump atau etika.
  • AI punya manfaat dan risiko, butuh hati-hati dan rendah hati.
  • Roberts bandingkan hakim dengan wasit tenis, beda dengan AI.
John Roberts bicara AI di Pengadilan, bukan Trump atau Etika - picture origin: fortune - pibitek.biz - Hukum

picture origin: fortune


336-280

pibitek.biz -Laporan tahunan Ketua Mahkamah Agung AS John Roberts kali ini berbeda. Ia tidak membahas etika hakim atau kasus hukum yang melibatkan Donald Trump. Ia malah fokus pada kelebihan dan kekurangan AI di pengadilan federal.

Roberts menyebut AI sebagai "frontier teknologi terbaru". Ia membahas dampak konten yang dihasilkan oleh komputer di bidang hukum. Ia juga mengingatkan bahaya dari kutipan hukum palsu yang dibuat oleh AI.

Hal ini baru saja terjadi dalam kasus yang melibatkan mantan pengacara Trump, Michael Cohen. Roberts menulis dalam laporannya, "Penggunaan AI membutuhkan hati-hati dan rendah hati".

Namun, Roberts juga mengakui bahwa AI bisa membantu orang-orang yang tidak punya banyak uang untuk mengakses pengadilan. "Alat-alat ini berpotensi untuk mengatasi ketimpangan antara sumber daya yang tersedia dan kebutuhan mendesak di sistem pengadilan kita", tulis Roberts. Laporan ini ditulis di akhir tahun yang penuh dengan pertanyaan tentang praktik etika para hakim.

Pengadilan Agung pun merespons dengan mengadopsi kode etik pertama mereka. Banyak cerita yang menyoroti kegagalan Hakim Clarence Thomas untuk mengumumkan perjalanan, penerimaan tamu dan hubungan keuangan dengan donor konservatif kaya seperti Harlan Crow dan Koch bersaudara. Hakim Samuel Alito dan Sonia Sotomayor juga mendapat sorotan.

Negara ini juga memasuki awal tahun pemilu yang kemungkinan akan melibatkan pengadilan dalam beberapa cara dalam kasus pidana terhadap Trump dan upaya untuk menjauhkan mantan presiden Republik itu dari pemilu 2024. Bersama dengan delapan rekan-rekannya, Roberts hampir tidak pernah membahas kasus yang sedang atau akan dihadapi oleh Pengadilan Agung. Dalam laporan-laporan sebelumnya, ia telah mengusulkan peningkatan keamanan dan kenaikan gaji untuk hakim federal, memuji hakim dan staf mereka atas penanganan pandemi virus corona dan menyoroti aspek-aspek lain dari perubahan teknologi di pengadilan.

Roberts pernah terkenal dengan perbandingan hakim dengan wasit yang memanggil bola masuk atau keluar, tapi tidak membuat aturan. Dalam laporan terbarunya, ia beralih ke olahraga lain, tenis, untuk menunjukkan bahwa teknologi tidak akan segera menggantikan hakim. Di banyak turnamen tenis, teknologi optik, bukan wasit garis manusia, sekarang menentukan "apakah servis 130 mil per jam masuk atau keluar". Keputusan ini melibatkan presisi sampai milimeter. Dan tidak ada diskresi, bola itu entah menyentuh atau tidak menyentuh garis.

"Berbeda dengan penentuan hukum yang sering melibatkan area abu-abu yang masih memerlukan penilaian manusia", tulis Roberts.