Microsoft Pakai AI untuk Atasi Masalah Bahasa di India



TL;DR
  • Microsoft menggunakan AI untuk mengatasi masalah bahasa di India.
  • Chatbot Jugalbandi dan proyek VeLLM adalah inisiatif AI yang diimplementasikan.
  • Meskipun tidak semua proyek berhasil, Microsoft berfokus pada solusi teknologi yang sesuai dengan kehidupan di pedesaan India.
Microsoft Pakai AI untuk Atasi Masalah Bahasa di India - the picture via: fortune - pibitek.biz - Komputasi Awan

the picture via: fortune


336-280

pibitek.biz -India punya lebih dari 100 bahasa dan 1.300 dialek. Pemerintahnya cuma ngakui 22 bahasa dan paling sering pakai dua, Hindi dan Inggris. Ini bikin banyak orang India yang nggak bisa ngerti. Microsoft punya program AI for Good yang mau pakai AI untuk selesaikan masalah di bidang kesehatan, lingkungan, dan pembangunan manusia. Mereka coba-coba pakai AI di India untuk hal-hal baru, misalnya aplikasi yang kasih tau petani kapan harus tanam biji atau model yang pakai gambar satelit untuk prediksi dampak bencana alam. Tapi yang paling menarik perhatian Microsoft dan para peneliti AI-nya adalah tantangan bahasa di India.

Mereka berharap bisa temukan solusi yang bisa dipakai di tempat lain. "India itu rumit banget, jadi cocok buat jadi tempat uji coba AI multibahasa", kata Ahmed Mahzhari, presiden Microsoft Asia. "Kalau bisa selesaikan dan bangun AI untuk India, berarti bisa selesaikan dan bangun AI untuk dunia".

Salah satu proyek unggulan AI for Good adalah chatbot Jugalbandi yang dirilis Microsoft pada Mei 2023. Chatbot ini ditujukan untuk petani di daerah-daerah yang nggak ngomong bahasa India yang populer. Mereka bisa belajar atau akses layanan publik, misalnya daftar beasiswa.

Jugalbandi pakai LLM, yang dibuat sama lab riset lokal AI4Bharat, untuk baca pertanyaan, cari informasi yang relevan, terus kasih jawaban yang mudah dimengerti dalam bahasa lokal pengguna. Sekarang, Jugalbandi bisa terjemahin 10 dari 22 bahasa resmi India. Majalah Fortune pernah muji kerja sama Microsoft dan AI sama Jugalbandi di daftar "Change the World" tahun 2023.

Inisiatif Microsoft lain yang namanya VeLLM, singkatan dari "Universal Empowerment with Large Language Models", mau perbaiki cara kerja GPT, model yang jadi dasar ChatGPT, kalau pakai bahasa yang kurang populer. LLM sekarang ini paling bagus kalau pakai bahasa global utama, terutama Inggris dan Cina, karena banyak data dalam dua bahasa itu. Susah banget latih AI pakai bahasa sumber rendah, yang datanya sedikit atau nggak ada.

VeLLM jadi dasar untuk eksperimen lain dengan AI, kayak Shiksha, bot AI yang bisa bantu guru bikin kurikulum baru dalam bahasa non-Inggris dengan cepat, jadi bisa hemat waktu buat ngajar. Insinyur Microsoft kayak Kalika Bali, peneliti utama Microsoft Research India, hati-hati banget sama solusi teknologi yang cuma lucu-lucuan tapi nggak sesuai sama kehidupan orang India di pedesaan. Teknolog sudah lama mau pakai India sebagai tempat coba-coba buktiin kalau teknologi digital, kayak laptop murah, internet terjangkau, dan aplikasi smartphone, bisa tingkatkan kualitas hidup di India pedesaan.

Tapi nggak semua proyek berhasil, kata Bali sambil nyengir. Dia ingat satu proyek di mana desainer dari organisasi pembangunan mau bikin game buat bantu perempuan petani di India dapet informasi penting. "Perempuan-perempuan itu ngeliat orang itu dengan tatapan sinis", katanya.

Mereka bilang "Kamu kira kita punya waktu buat main game?". Makanya, Bali bilang dia dan timnya ikutin proses desain partisipatif. "Kita habisin banyak waktu sama komunitas yang kita bantu, coba dengerin mereka mau apa dari teknologi, atau gimana mereka mau selesaikan masalah", katanya. Microsoft, tentu saja, nggak cuma tertarik sama AI buat kebaikan sosial.

Perusahaan teknologi AS ini juga bikin produk AI sendiri, yang dihosting di sistem cloud computing Azure-nya. Mereka juga jadi pendukung utama pengembang ChatGPT, OpenAI. Gara-gara heboh AI, saham Microsoft naik 65% dalam setahun terakhir, bikin nilai pasarnya jadi $3 triliun, jadi perusahaan paling berharga di AS.

Mahzhari lihat banyak peluang buat Microsoft di Asia, di mana ada "perubahan dan transformasi yang luar biasa di berbagai industri dan wilayah". Dia sebut beberapa contoh di mana perusahaan Asia pakai layanan AI Generatif Microsoft, Lazada, platform e-commerce Asia Tenggara milik Alibaba, pakai alat Microsoft buat bikin chatbot e-commerce pertama di Asia Tenggara. Meskipun eksperimen Microsoft di India nggak banyak ngaruh ke untung rugi perusahaan secara langsung, mereka kasih pelajaran penting buat perusahaan ke depannya.

"Kerja sama kita di bawah AI for Good dan inisiatif pilot lainnya bikin kita bisa tangkap sinyal awal buat majuin keamanan dan keselamatan AI", kata Mahzhari. Pelajaran-pelajaran itu terus dipakai buat bikin "kebijakan buat pagar yang sangat dibutuhkan" buat teknologi baru ini. Bali tahu kalau nggak bisa pisahin kerjanya dari minat bisnis Microsoft di AI.

"Ini adalah langkah awal buat bikin orang yang nggak punya akses teknologi bisa ikut pakai teknologi", katanya. "Terus mereka akan jadi, mudah-mudahan, pengguna teknologi masa depan yang bakal pakai produk Microsoft".